07

874 171 12
                                    


Setelah freen merasakan ciuman Becky beberapa hari yang lalu, pria itu seolah tetap sama, datar, dingin, irit bicara dan jarang tersenyum, freen berpikir hanya dengan ciuman Becky bisa berubah dan perhatian kepada nya, namun ternyata sulit, namun ciuman Becky seolah masih membekas hingga sekarang.

Suhu udara di malam hari jauh lebih dingin, freen menatap langit-langit kamar nya, lampu yang berwarna jingga temaram seolah menambah kesan berbeda, apalagi suara yang sunyi dan senyap di luar sana, jujur saja saat pertama kali freen menginap disini ia merasa takut, namun lama kelamaan sudah terbiasa.

Freen memegang bibir nya sambil mengingat ciuman Becky beberapa hari yang lalu, menyakitkan, itulah yang freen ingat bahkan luka di bibir nya baru saja mengering, apakah bercinta dengan Becky menyakitkan, makanya Becky selalu mengatakan kata menyesal? Freen sungguh dibuat bingung, jika itu benar maka freen semakin penasaran, pria seperti apa Becky.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 2 dini hari tapi malam ini freen sulit untuk tidur, akhirnya freen memutuskan untuk keluar, rumah Becky memang menyeramkan freen melihat ke atas lantai dua, selama tinggal disini seperti nya lantai 2 itu kosong, sepertinya Becky juga sudah tidur mengingat ini sudah larut malam.

Freen memutuskan berjalan menuju dapur namun langkah nya terhenti saat mendengar suara decitan pintu, awalnya freen mengira itu berasal dari pintu kamar Becky namun bukan, freen merinding ia memberanikan diri melangkahkan kakinya dengan pelan menuju ruang utama.

Freen mengintip dari balik pilar bahwa itu ternyata suara pintu utama yang terbuka, freen melihat Becky masuk ke dalam rumah mata freen membulat saat melihat darah menetes di lantai, dan berasal dari tangan pria itu, freen menutup mulut dengan kedua tangannya saat melihat Becky mengeluarkan pistol dan melemparkan nya ke sembarang arah, Becky meringis kesakitan.

Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Becky di luar sana, tangan itu terluka, freen merasa merinding, sebaiknya ia masuk ke kamar saja agar tidak ketahuan, namun saat freen melangkah mundur tak sengaja tubuhnya menyenggol guci bunga hingga menimbulkan bunyi, freen mengumpat dalam hati.

Hal itu tentu membuat Becky terkejut dan menoleh ke sumber suara, ia tau ada seseorang disana, dan Becky mulai melangkah freen pun langsung bersiap untuk melarikan diri, namun ia merasakan pergelangan tangannya sudah di genggam oleh Becky.

"Mau kemana?"

Freen merasa jantungnya berdegup kencang ia takut Becky akan marah.

"A-aku... Em aku.. mau tidur"

"Tunggu! Bantu aku mengobati luka ku sebentar"

Freen menoleh ke arah wajah Becky ia mengira Becky akan marah padanya, mata freen tertuju ke arah lantai yang sudah dipenuhi tetesan darah Becky, sungguh ia merasa sangat takut dan anehnya Becky masih bisa berbicara normal, walaupun wajah itu terlihat menahan sakit.

°

Freen merinding melihat luka di tangan Becky, telapak tangan pria itu tergores cukup dalam sepertinya terkena pisau, bahkan tangan Becky gemetar saat membersihkan darah di tangan itu, menggunakan cairan antiseptik.

"Becky, kita Kerumah sakit saja luka mu sangat parah" freen mulai menyerah, ia tidak bisa berpura-pura berani dalam hal seperti ini.

"Tidak perlu, dasar penakut"

Becky meraih botol cairan antiseptik di tangan freen, lalu menuangkan hampir satu botol cairan tersebut di seluruh permukaan telapak tangan nya, hal itu membuat freen meringis pasti rasanya sangat perih, namun Becky seolah sudah terbiasa begitu membersihkan lukanya sendiri.

Dan terakhir pria itu membalut luka nya dengan kain kasa, freen sejak tadi hanya menjadi penonton Budiman saja, freen tidak tau apa yang terjadi pada Becky hingga terluka.

Love is incalculable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang