40

1.1K 188 26
                                    



Salju tebal menyelimuti puncak jungfrau saat penghujung Desember, Becky dan freen sudah siap dengan pakaian Musim dingin mereka, Becky memakaikan syal agar istrinya itu semakin hangat, saat ini mereka berada di stasiun kereta interlaken untuk menuju jungfraujoch, Becky menggenggam erat tangan freen yang dibalut sarung tangan wol itu.

"Becky salju Disini lebih dingin sekali"

"Memang, karena Swiss dikelilingi oleh pegunungan"

Akhirnya mereka masuk ke dalam kereta dan duduk berhadapan, saat kereta terus melaju pemandangan di luar hanya di selimuti oleh hamparan salju, suasana sangat berbeda saat musim semi.

Pernikahan mereka sudah berlangsung selama 2 bulan, setelah menikah Becky langsung membawa freen tinggal kembali di Luzern, alih-alih memilih liburan keliling dunia, freen lebih memilih Swiss sebagai tempat bulan madu mereka, karena menurut freen negara itu jauh lebih menarik.

Freen menatap Becky yang tidak pernah melepaskan genggaman tangan nya, semenjak menikah freen merasakan cinta Becky semakin Besar, bahkan Becky menghawatirkan hal-hal kecil yang terjadi pada freen.

"Becky sepertinya kau cinta mati pada ku sekarang?" Ucap freen dengan senyuman jenaka nya, Becky tersenyum dan mengangguk.

"Bukan lagi mati tapi melebihi dari itu, aku sangat mencintaimu dan hal itu tidak perlu kau pertanyakan lagi"

"Ow so sweet nya, ingat dulu siapa yang sangat cuek dan dingin seperti kulkas 35 pintu"

"Itu kan dulu, tapi sekarang aku telah menjadi oven yang hangat untuk mu"

Freen tertawa dan memukul pelan punggung tangan Suaminya itu.

"Benar, tapi oven itu panas seperti mu saat di atas ranjang" desis freen.

Suaminya memang sangat panas di atas ranjang dan tidak ada tandingannya, namun ada satu hal yang menggangu freen hingga sekarang, ia mendambakan seorang buah hati, freen menyentuh perutnya dan tersenyum miris saat ingat kejadian itu, andaikan bayi mereka masih hidup.

Becky menyadari raut wajah freen yang berubah, pria itu mengusap tangan istrinya, sebelah tangan Becky meraih pipi freen dan mengusap nya pelan.

"Sabar sayang, aku yakin tuhan akan segera mengabulkan doa kita"

Freen menunduk dan mengangguk, dokter mengatakan rahim nya kurang sehat semenjak keguguran itu, freen merasa khawatir akan hal itu, berbagai macam pikiran buruk terus menghampiri pikiran nya, tapi Becky terus menyemangati nya dan pria itu membuat freen tidak putus asa, mereka akan terus berusaha bersama-sama.

"Becky, aku hanya takut tidak bisa punya Keturunan lagi"

"Ssst, hei jangan berbicara seperti itu sayang, jangan banyak berfikir yang tidak-tidak, kita tetap harus terus berusaha dan berdoa, jangan khawatir"

Freen tersenyum dan ia merasa sangat bersyukur memiliki Becky sebagai suami yang tepat, jujur freen merasa sedikit putus asa saat melihat hasil testpack yang selalu negatif walaupun mereka melakukan saat masa subur, terkadang ia tidak memberitahukan nya kepada Becky karena tidak ingin pria itu kecewa.

Kereta yang mereka tumpangi terus melaju dan freen melihat pegunungan Alpen di selimuti salju yang semakin tebal, freen merasakan pengalaman bepergian kali ini sangat menyenangkan.

Jalur kereta melewati tebing gunung dan freen merasa sangat takut, karena jika ada kecelakaan dan oleng sedikit saja bisa langsung tergelincir ke laut, mengingat bahwa puncak jungfrau berada di 3500 meter dari pemukiman laut, freen menggenggam tangan becky erat, mereka masih pengantin baru jangan sampai mati dulu, becky tersenyum dan mengeratkan genggaman nya di tangan freen agar istrinya itu tidak takut.

Love is incalculable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang