27

1.2K 194 15
                                    



Freen menggeliatkan tubuhnya ke samping, ia menyentuh ranjang di samping nya untuk memeluk Becky namun yang dirasakan hanya sebuah guling, hal itu membuat freen membuka matanya perlahan, ia tidak melihat becky disampingnya, ranjang itu kosong padahal masih pukul 6 pagi, freen bangun dari posisi tidurnya ia memungut pakaian Becky dan memakainya asal untuk menutupi tubuh telanjang nya itu.

Freen keluar dari kamar, mansion yang begitu besar membuat suasana terlihat menyeramkan ditambah matahari yang belum terbit sempurna, freen mengedarkan pandangan di sekeliling ruangan itu tidak menemukan becky, freen kemudian melangkah menuju ruangan tengah dan ia tersenyum saat melihat Becky sedang duduk di depan Kanvas sambil melukis, penampakan itu sangat lah langka, freen benar-benar merindukan Becky yang sedang melukis.

Freen mendekati Becky dan memeluk nya dari belakang, Becky yang menyadari kehadiran freen lalu menghentikan lukisan nya dan tersenyum.

"Becky, ternyata kau disini, aku kira akan pergi meninggalkan ku"

Becky tersenyum dan menoleh ke arah freen. "Tidak mungkin aku meninggalkan mu Baby, kemarilah"

Becky memeluk pinggang freen dan membawa gadis itu kedalam pelukannya, freen tersenyum sekaligus tertegun saat menatap ke arah lukisan Becky.

"Becky ini kita?"

Becky mengangguk dan meletakkan dagunya di pundak freen.

"Ini adalah gambaran keluarga kita kelak, kau aku dan anak kita, aku ingin mewujudkan semuanya menjadi nyata walaupun tidak untuk saat ini, andaikan itu bisa kulakukan sekarang sudah pasti ku lakukan freen, namun aku yakin kau mengerti posisi ku"

Freen mengangguk ia menahan air matanya karena merasa terharu, freen melihat lukisan itu sangat indah untuk pertama kalinya Becky melukis wajah sendiri dengan begitu detail, ditambah dirinya, dan anak laki-laki sebagai pelengkap keluarga mereka yang bahagia, freen melihat latar lukisan itu adalah danau Brienz dan melambungkan keluarga yang bahagia.

"Becky sejak kapan kau menjadi romantis seperti ini? Aku rasanya ingin menangis kau tau"

Freen menghapus air matanya yang jatuh dengan kasar, Becky tersenyum.

"sebenarnya aku ingin memperlihatkan lukisan ini saat sudah selesai namun kau lebih dulu melihat nya"

"Becky~"

Freen membalikkan tubuhnya menghadap Becky dan memeluknya dengan begitu erat, rasanya ia semakin mencintai becky, ia ingin bersama pria itu selamanya, Becky tersenyum dan memeluk tubuh freen dengan erat, lalu beralih menyentuh wajah gadis itu dengan kedua tangannya.

"Hei jangan menangis, dasar cengeng" ucap Becky sambil mengusap pelan air mata freen.

"Salah dirimu terlalu romantis, jika seperti ini dengan wanita lain awas saja!"

Becky tertawa dan mencubit ujung hidung freen, gadis itu memasang wajah kesal dan menyentuh hidung nya.

"Hal itu tidak akan terjadi, justru aku takut kau yang meninggalkan ku"

"Kau gila!? Aku cinta mati pada mu, mana mungkin aku menyukai pria lain disaat pacar ku sendiri sudah tampan, kaya, baik hati, tidak pelit, dan juga jago di ranjang, astaga kau adalah pacar yang sempurna" ucap freen sambil menyentuh rahang becky dengan kuku cantik nya itu.

Sedangkan becky hanya tertawa, ia menyentuh dan merapihkan rambut freen yang terlihat berantakan, senyuman ceria itu membuat tekad Becky semakin besar dan ia semakin menaruh harapan kepada freen.

"Freen kau tau aku serius dengan apa yang aku lukis"

"Maksud mu becky?"

"Aku serius ingin kita menikah, dan berkeluarga hal itu bukan hanya sekedar main-main"

Love is incalculable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang