"Mana Kana?"
"Pingsan Mah."
"Kenapa?"
"Aku cekokin Jus pare."
"Dia belum makan."
"Nanti kalau lapar juga turun."
Tak Lama anak itu turun sudah menganti bajunya.
"Cucikan bajuku, aku muntah," ucap Kana menyodorkan baju kotornya pada Jes.
"Ingat, jangan manja mau jadi laki-laki sejati kan? Lakukan sendiri."
"Tapi ini karena Phi!"
"Kalau kau mau minum obat sendiri tidak akan aku paksa, mau sembuh tidak?"
"Aku tidak sakit, besok aku sekolah."
"Sudah lurus belum jalannya?"
"Sudah! lihat nih," Kana menujukkan jalannya pada Jesi, dan itu masih sedikit mengangkang.
"Itu masih ngangkang Kana, lalu nanti teman-temanmu akan tanya, Kana kau kenapa? kau mau bilang apa?"
"Aku bilang saja, aku ambeyen."
"Hahahahaha..."
"Kenapa Phi ketawa?"
"Aku bayangin kau! jika benar kau menyukai laki-laki dan akan menikah dengan laki-laki, kau akan jalan seperti itu seumur hidupmu."
Seketika Kana terdiam, dia pun ikut berpikir.
"Harusnya kemarin tititku tidak perlu di sunat."
"Terus mau kau biarin saja? Kau bilang pipismu sakit, ada bakteri di tititmu."
"Tidak perlu di sunat aku bisa langsung operasi ganti kelamin."
Plakkkk...
Jesi menabok kepala Kana.
"Aduh! Sakit Phi."
"Memang susah ya menyadarkanmu bahwa wanita lebih nikmat di banding pria."
"Tau dari mana? Memang Phi pernah menikmati wanita?"
"Aku akan ingatkan kau terus sampai kau menikah dengan wanita, kau laki-laki pasanganmu wanita."
"Iya aku tau, aku juga tidak serius ingin mengubah diri jadi wanita, jika jodohku pria ya dia juga harus menikmati punyaku walau pun kita sama-sama punya."
"Otakmu benar-benar sudah konslet aku sudah ajak kau traveling tapi balik lagi ke cita-citamu."
"Hahhh...aku mau makan lah, belum waktunya aku bicara tentang masa depan."
1 minggu kemudian.
Kana sudah kembali ke sekolah, luka jahitannya benar-benar sudah sembuh.
"Kana ini uang jajanmu, jangan boros ya, ini cukup untuk satu minggu."
"Ok Pah."
"Kau pergi dengan Kakakmu saja ya."
"Kapan Kana dibelikan mobil?"
"Kau belum cukup umur."
"Harus umur berapa?"
"Nanti kalau sudah 18 tahun baru boleh bawa mobil."
"Berarti 2 Tahun lagi ya."
"Sebenarnya 17 Tahun juga sudah boleh tapi kau butuh waktu untuk belajar mengemudi."
"Kenapa tidak sekolah mengemudi dari sekarang saja?"
"Sudah di bilang belum waktunya, KTP saja kau belum punya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menanti Senja [END]
Short StoryTidak ada yang istimewa tapi aku berharap pantengin storynya sampai End.