Suasana meja makan nampak hening, Win dan Kana hanya saling melempar pandang melihat wajah Mew sangat dingin.
"Senja, besok kita ke Taman lagi ya."
Kana menoleh pada Mew, Mew terlihat sangat kesal.
"Tunggu Kakakmu libur kita pergi bertiga."
"Masih lama dong, besok baru selasa."
"Owh iya besok aku mau pergi dengan temanku, cari buku."
Prank.....
Mew mencampakan sendoknya di atas piring.
"Tapi aku nitip saja lah ke temanku, besok aku langsung pulang."
"Berarti kita bisa dong main ke Taman."
Kana tersenyum sambil menatap wajah asam Mew.
"Kita liat besok saja ya."
"Tidak ada yang boleh keluar dari rumah,"
"Kenapa?" Ucap Win.
"Sejak kapan kau membatah?"
"Aku hanya tanya saja Phi, memangnya kenapa aku tidak boleh keluar, di luar itu tidak seburuk yang aku bayangkan."
"Jika kau mau keluar tunggu aku libur."
"Hanya di Taman saja aku harus tunggu Phi libur? Kenapa tidak sekalian saja tunggu Phi naik haji."
Kana mengangkat sendoknya dengan sangat berat, kali ini Win dan Mew yang berdebat di meja makan.
"Win kau sudah selesai makan belum? Aku antar ke kamar ya."
"Tidak mau, aku mau nonton tv dulu."
"Nonton di kamar saja aku temani."
"Kau pergi ke kamarmu!" Perintah Mew pada Kana.
"Phi Mew! Ada apa denganmu? Tidak biasanya Phi seperti ini?"
"Aku tidak suka Senja bawa kau keluar."
"Kalau Senja sendiri yang keluar tanpa aku baru boleh?"
"Ti...!" Mew menghentikan kata-katanya. "Aku sudah selesai aku malas berdebat dengan kalian."
Mew berdiri meninggalkan meja makan.
"Phi Mew kenapa sih?"
"Lain kali kalau kita mau pergi jalan-jalan kau diam saja jangan bicara pada Phi mu."
"Kau bilang apa?"
Kana mendongak rupanya Mew sudah berdiri di sampingnya.
"Aku heran pada Tuan, kenapa sekarang telinga Tuan sangat peka sekali, aku bisik-bisik pun Tuan masih bisa dengar."
"Kau tinggal di rumahku, kau harus ikut aturanku."
"Phi Mew jangan kasar-kasar pada Senja nanti dia tidak betah."
"Biarkan saja Win, sepertinya hatinya sedang tidak nyaman mungkin hari ini banyak pekerjaan jadi otaknya lelah."
"Aku tidak bercanda Senja."
"Bersembunyi di balik sikap yang tegas dan cool padahal aslinya Tuan sedang cemburu kan, marah-marah tidak jelas karena Tuan melihat aku dan Win berada di taman dengan wanita cantik, aku sudah bilang aku mencintai Tuan Mew, tidak mungkin yang Tampan aku tukar dengan yang Cantik, aku pun sudah cantik."
"Cemburu? Aku! Cemburu padamu?"
"Iya! Ngaku saja."
"Tidak waras!"
"Tuan bilang apa? Aku tidak waras? Iya memang betul! Kewarasanku hilang saat bertemu dengan Tuan."
"Ka..?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menanti Senja [END]
Short StoryTidak ada yang istimewa tapi aku berharap pantengin storynya sampai End.