Bab 12

1.6K 277 130
                                    

2 bulan kemudian.

"Kau suka Win?"

"Siapa yang  buat?"

"Aku, ini minumnya."

"Terima kasih."

"Kakakmu tidak marah kan kau jalan-jalan denganku?"

"Dia tidak akan marah jika aku tidak bawa senja."

"Kenapa dengan Senja? Dia tidak boleh keluar?"

"Kakakku sangat posesif padanya."

"Hah bagaimana?"

"Mereka sedang ada di dalam satu hubungan."

"What, bocah itu berhasil merebut hati gunung es," Batin Jesi.

"Mereka pacaran?"

"Ya begitu lah."

"Kau sendiri apa sudah punya kekasih?"

"Bercanda!"

"Aku tanya serius tidak bercanda."

"Memangnya ada yang mau padaku? aku cacat Jes."

"Kekuranganmu jangan di jadikan alasan, jika kau rajin terapi nanti kau pasti sembuh."

Win hanya menggelengkan kepalanya, dia bahkan tidak tau akan sembuh atau seumur hidup akan bersama dengan kursi rodanya.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Tidak ada, kau sendiri apa sudah punya kekasih?"

"Belum."

"Kau cantik jangan bilang tidak ada yang mau denganmu."

"Bukan itu alasanya, aku tunggu adikku dewasa dulu dia suka ikut ke mana pun aku pergi, tidak lucu kan jalan-jalan dengan pacar tapi bawa adik."

"Kau punya adik?"

"Punya, laki-laki dia masih duduk di bangku sekolah menengah atas."

"Sama dengan Senja."

"Benarkah?"

"Iya, tapi bedanya jika Senja pergi ke mana-mana Kakakku yang ikut."

"Dia sangat mencintai Senja kah?"

"Aku tidak tau, tapi yang aku lihat di rumah seperti itu."

"Emm begitu, kau mau pulang?"

"Tidak mau! Aku masih mau di sini."

"Ok baiklah, jika kau mau pulang bilang saja ya."

"Jes!"

"Hem?"

"Kenapa kau tidak pernah main ke rumahku, rumah kita hanya berhadapan."

"Aku tidak enak, sejak dulu rumahmu sangat tertutup."

"Tidak apa-apa main saja, tidak akan ada yang melarangmu, Kakak ku sudah kenal kau, orang-orang di rumah juga pasti akan menerimamu."

"Memangnya boleh?"

"Boleh, santai saja."

"Lain kali ya, lagi pula hari-hari biasa aku kuliah."

"Aku tunggu."

Beberapa jam kemudian Jesi dan Win pulang ke rumah karena matahari pun sudah hampir tenggelam.

"Sudah hentikan!"

"Nanti dulu aku belum selesai."

"Tapi aku lelah!"

"Nanti dulu Tuan aku belum berhasil."

Menanti Senja [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang