Bab 6

1.7K 291 144
                                    

"Paket."

"Ada paket katanya, sepertinya paket aku datang!"

Kana lari ke depan namun tak lama dia masuk lagi ke dalam rumah.

"Tuan Mew, aku minta uang! Paketku datang."

"Paket apa Senja?" Tanya Win.

"Paket sendal."

"Ko bisa, kau sudah tau alamat barumu?"

"Emmm..tau lah! Kan aku dapat alamat ini dari ibu kepala sekolah. Mana uangnya Tuan?"

Mew pun mengambil dompetnya lalu di berikan pada Kana.

Kana mengambil dompet Mew lalu dia pergi untuk menjemput paketnya.

"Tuan Mew, cantik tidak!" Kana masuk ke dalam ruang keluarga sudah memakai sendalnya."

Mew hanya menatap sendal itu tidak tertarik.

"Win, aku juga beli untukmu. Biar aku pakaikan ya."

"Untukku?"

"Iya, aku beli yang sama biar kita seperti upin ipin."

Kana duduk di depan kursi roda lalu dia memakaikan sendal itu pada Win.

"Cantik kan Win, kau harus rajin terapinya agar kau bisa lari-lari di dalam rumah ini denganku."

"Jika kau sudah lulus sekolah mungkin kau pulang ke rumahmu."

"Kau tidak perlu khawatir, aku akan di sini sampai aku kuliah. Iya kan Tuan Mew! Kalau kau restui aku jadi Kakak iparmu aku akan lebih lama lagi ada di sini."

"Kau suka dengan Kakak ku?"

"Sangat suka, boleh tidak kalau aku jadi Kakak iparmu."

"Kau baik padaku karena kau suka dengan Kakak ku?"

"Baik? Siapa bilang aku baik! Aku tidak merasa aku baik. Memang orang jahat dan baik tuh yang seperti apa?"

"Kau bahkan tidak bisa membedakan."

"Di rumahku Kakak dan Mamaku selalu berteriak padaku apa mereka jahat? Tapi mereka juga sering manjakan aku, kalau aku sakit mereka selalu mengurusku dengan baik, aku tidak mengerti definisi jahat dan baik itu seperti apa."

"Meraka keluargamu, kalau aku bukan."

"Menurutku itu semua tergantung dengan kita, kalau kita jadi anak baik mereka pun akan baik pada kita."

"Lalu kau anak yang seperti apa?"

"Aku tidak tau! Aku tidak bisa menilai diriku sendiri tapi kata Phi-Phi readers aku cerewet, lenje dan genit. Apa iya?"

"Aku juga tidak tau kau orang yang seperti apa."

"Kau terlalu banyak bertanya padaku sampai kau lupa dengan pertanyaanku."

"Yang mana?"

"Boleh tidak aku jadi Kakak iparmu?"

"Tanyakan pada Phi Mew, dia yang akan menjalani hidupnya."

"Orang bilang jika ingin mendapatkan hati Kakaknya maka rebut dulu hati keluarganya."

"Kau sadar tidak! Kau meminta kakak ku di depan orangnya langsung."

"Biar aku tidak kerja dua kali, jadi aku tidak perlu menjelaskan lagi maksudku pada Tuan Mew. Tuan Mew sudah dengar semuanya bukan. Tuan izinkan aku jadi kakak ipar Win tidak?"

"Sekolah yang benar, aku bayar sekolahmu bukan pakai daun."

"Dia selalu menjawab dingin, tidak apa-apa aku akan terus berusaha sampai gunung es itu mencair."

Menanti Senja [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang