"Bagaimana dengan hari mu?"
"Tidak seburuk seperti hari biasanya Phi, hari ini Senja ajak aku makan, main dan belajar. Dia banyak sekali bicara."
"Kau cocok dengannya?"
"Kami bari 1 hari bersama, aku tidak tau dia pura-pura baik atau memang baik sungguhan. Aku takut seperti yang sudah-sudah mereka berteman denganku hanya karena uang Phi."
"Aku memberikan semua yang dia inginkan agar dia tidak meninggalkanmu."
"Menurut Phi apa Senja berbeda?"
"Hmm..sepertinya isi kepala dia rada kurang 2 ons."
"Dia baru dua hari di sini, kita belum sepenuhnya mengenal dia."
"Tidurlah, besok kau akan pergi terapi."
"Apa Phi rindu dengan Mami dan Papi lagi?"
"Sangat, tapi..?"
"Tapi apa?"
"Anak itu menggangguku saat aku sedang mengenang kematian Mami dan Papi."
"Senja?"
"Siapa lagi! Cuma dia orang asing yang ada di rumah kita."
"Mungkin dia tidak ada niat ganggu tapi memang dia sedang butuh."
"Ya sudah kau istirahat saja, aku mau ke kamar dulu."
Win mengangguk.
Keesokan harinya.
"Tuan Mew, Win, berhubung ini hari sabtu dan sekolah ku libur, aku izin pulang ke rumahku ya?"
"Kau baru dua hari di sini, kenapa tidak minggu depan saja pulangnya?"
"Sepertinya aku rindu dengan kakakku."
"Kau rindu bertengkar dengan Kakakmu?"
"Tidak Win hanya saja jika malam minggu kami sekeluarga kumpul di rumah."
"Enak sekali kau punya orang tua lengkap."
"Aku sudah tidak punya Ibu."
"Aku sudah tidak punya keduanya."
"Aow..jangan seperti itu, kau masih punya kakak."
"Bagaimana kalau kau pulangnya minggu depan saja."
Kana menoleh pada Mew.
"Tuan, Tuan Mew tidak ada niatan membujukku agar aku tidak pulang? Bujuk aku Tuan. Tuan Mewnya diam saja Win berarti tidak apa-apa kalau aku pulang."
"Phi Mew, bilang pada Senja jangan pulang."
"Win, jangan menyuruhku melakukan hal-hal yang aneh. Biar saja kalau Senja mau pulang besok dia akan datang lagi."
"Phi Mew!" Win kesal dia melajukan kursi rodanya ke kamar.
"Yah ngambek kan, apa susahnya sih rayu aku, ayo rayu aku."
"Apa yang kau inginkan? Ponsel baru, laptop atau mobil?"
"Widih keren! Memang Tuan Mew tidak main-main suami idaman sekali. Tapi benar kan Tuan mau ngabulin keinginanku."
"Apa yang kau mau?"
"Aku mau sendal kelinci yang berbulu, rumah Tuan sangat dingin kakiku tidak kuat injak lantai, boleh kan aku pakai sendal di dalam rumah."
"Apa?"
"Sendal kelinci Tuan! Yang di atasnya ada bonekanya, Tuan tau tidak? Jika tidak tau nanti aku pesan online saja tapi Tuan yang bayar."
Mew benar-benar tidak percaya tapi dia menyanggupi keinginan Kana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menanti Senja [END]
Short StoryTidak ada yang istimewa tapi aku berharap pantengin storynya sampai End.