"Siapa yang hamil?"
"Mah!"
"Tadi Mama dengar ada yang hamil."
Jesi dan Kana berdiam diri.
"Eh, kenapa kalian diam tadi kalian berdua serius sekali bicara tentang kehamilan."
"Kana Mah!" Jawab Kana.
"Siapa?"
"Aku!"
"Hahahahahaha...kau! Kalau kau hamil Mama bawa kau jalan-jalan ke Swiss, dari dulu bermimpi menjadi istri lalu sekarang kau bermimpi mau jadi ibu."
"Sesuai dengan expetasi aku, kalian pasti tidak akan ada yang percaya padaku."
"Besok kita pergi ke rumah sakit, aku masih tidak percaya," ucap Jesi.
"Aku harap Dokter itu salah."
"Apa yang kalian bicarakan, ngomong-ngomong kenapa kau ada di sini?"
"Aku sudah pulang dan tidak akan kembali lagi ke rumah Tuan Mew."
"kenapa? Apa kalian bertengkar?"
"Tuan Mew mau menikah, aku takut mereka bertengkar, takut wanita itu berpikir Tuan Mew memiliki anak sebesar aku."
"Lalu bagaimana dengan sekolahmu?"
"Mama tidak mau bayar biaya sekolahku?"
"Bukan begitu, apa dia masih menjamin biaya pendidikanmu?"
"Tidak Mah, aku mau pindah sekolah."
"Ke mana?"
"Ke Swiss."
"Tidak ke luar angkasa saja sekalian."
"Kalau boleh langsung pulang saja ke rumah Tuhan."
"Rumah ini akan ramai lagi kalau kau sudah pulang."
"Mama tidak suka ya aku pulang?"
"Di luar expetasi, Mama pikir kau akan betah tinggal di rumah itu."
"Kana mau makan, Mama masak apa?"
"Kau lihat saja di meja makan."
"Hmm."
Kana pergi ke meja makan, dia merasa harus memberi makan janin yang ada di dalam perutnya meski pun selera makanya sedang tidak baik-baik saja.
"Kau kenapa Mew! Dari tadi kau diam saja, kau juga tidak ikut makan dengan kita."
"Aku harus pulang, Win sendirian di rumah."
"Bukan ada Senja?"
"Tidak ada, hari ini Senja sudah pulang ke rumahnya."
"Kenapa?"
"Aku tidak tau, aku pulang dulu ya."
"Nanti Alex cari kau bagaimana?"
"Bilang saja aku pulang, dia sudah menahanku selama satu bulan di sini banyak sekali pekerjaan yang terabaikan."
"Harap di maklum, dia memang rindu sosok seorang Ayah."
"Aku mengerti! Besok aku akan datang lagi ke sini, sekarang aku harus pergi."
"Baiklah! Hati-hati ya."
Keesokan harinya.
"Siapa? Katakan siapa orang itu!" Tanya Papanya Kana.
"Aku tidak mau menyebutkan siapa bajingan itu, aku tidak mau mengingat orang itu, biarkan aku bertanggung jawab untuk kesalahan yang sudah aku perbuat, lagi pula bukan salahnya. Aku yang lebih dulu menggoda dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menanti Senja [END]
Short StoryTidak ada yang istimewa tapi aku berharap pantengin storynya sampai End.