Bab 32

1.8K 310 123
                                    

Win membuka matanya karena ponselnya terus saja berdering, Win enggan mengangkat teleponnya dia lebih tertarik melihat wajah cantik wanita yang sedang tertidur pulas di pelukannya.

"Selamat pagi!"

Jesi sudah membuka matanya namun dia tidak berani menoleh pada Win.

Win mengelus tangan Jesi lalu mengaitkan jari jemari mereka.

"Kita mandi yuk?"

"Hah! Kita?"

"Hemm kita."

"Berdua?"

"Aku maunya berdua tapi jika kau ingin masing-masing juga tidak apa-apa."

"Aku tunggu kau halalin aku, biar kita bisa mandi berdua."

"Atau bagaimana kalau kita tidur lagi saja."

"Aku mau pulang!"

"Apa tidak sebaiknya kita rayakan hari jadian kita."

"Memang kita sudah jadian?"

"Jes..come on! Jangan bercanda."

Jesi mengeratkan pelukannya dia semakin menyembunyikan tubuhnya di balik tubuh besar Win.

"Lebih baik sekarang kita siap-siap. Katanya mau pulang."

"Kalau begitu aku mau mandi dulu."

Jesi bangun namun tangannya di tarik oleh Win.

"Win, kau bilang kita harus siap-siap?"

Win menangkup Pipi Jesi lalu dia mencium pipinya.

"Nanti biar aku saja yang bawa mobilnya," Win menyelipkan rambut Jesi di telinga lalu merapihkan poni Jesi.

"Kalau begitu cepat kembali ke kamarmu bukan kah kau juga harus mandi."

"Hmm!"

1 jam kemudian.

"Aku telepon berkali-kali kau tidak angkat, kau ke mana saja?"

"Aku masih tidur, kita pergi makan dulu setelah itu kita pulang."

"Kita pulang sekarang?"

"Iya!"

"Tapi aku belum kemas-kemas."

"Kalau begitu kau berkemas saja kita tunggu di resto hotel."

"Tidak mau, aku mau pergi sarapan dengan kalian." 

Hilarie menggandeng tangan Win tapi Win menghindar dia merangkul pinggang Jesi dan pergi ke arah lift.

"Win, ko aku di tinggal?"

"Kau mau ikut sarapan tidak? Sini biar aku saja yang gandeng kau!" Ucap Jesi.

Jesi masih menjaga hati Hilarie karena dia takut Hilarie mengacaukan rumah tangga adiknya.

2 jam kemudian.

"Biar aku saja yang bawa mobilnya kau duduk di belakang."

"Kemarin kau yang bawa, sekarang biar aku saja."

"Tidak masalah, Hilarie biar duduk di depan denganku."

"Kau yakin?"

Jesi mengangguk.

Mereka pun pulang dengan formasi yang sama saat mereka pergi.

☀️❤🌻

"Papa jangan main pico nanti tangan Papa beldalah."

"Papa tidak main, Papa mau masak!"

"Emang Papa bica macak."

Menanti Senja [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang