"Ada apa Kana?" Tanya teman Perempuan Kana.
"Tidak tau."
"Kenapa Tuan itu antar kau ke kelas."
"Aku rasa aku tidak melakukan kesalahan, aku tidak bawa dompet dia aku juga tidak lupa ucapkan se.." Kana menghentikan ucapannya karena Mew kembali dan sudah ada di hadapannya.
"Tu...Tuan Mew!"
"Masuk!"
"Masuk! Masuk ke mana?"
Mew menatap teman wanita Kana yang berdiri di samping Kana.
"Masuk ke kelasmu."
Kana mengangguk dan masuk ke dalam kelas.
Setelah memastikan Kana duduk di bangkunya Mew pergi.
Beberapa jam kemudian.
Kana tau dia sudah di jemput dan mobil jemputannya sudah ada di depan sekolah.
"Siang pak!"
"Siang Tuan Senja."
"Ih Tuan, jangan panggil aku Tuan panggil Senja saja."
"Tuan Mew nanti marah."
"Bilang saja aku yang suruh."
"Kita jalan sekarang?"
"Iya Pak."
Kana duduk di bangku depan, beberapa menit kemudian dia bingung karena mereka tidak menuju jalan pulang.
"Kita mau ke mana Pak."
"Ke kantor Tuan Mew dulu, antar makan siang."
"Tapi nanti akan lama."
"Tidak akan lama hanya antar makan siang saja."
Kana duduk diam hingga sampailah mereka ke perusahaan Mew.
"Ayo turun!"
"Tidak lah Pak, aku tunggu di sini saja tidak akan lama kan."
"Tuan Mew bilang Tuan Senja harus ikut ke atas."
"Senja pak Senja bukan Tuan."
"Iya Senja ayo turun nanti Tuan Mew marah."
Kana turun dari mobil, dia masuk ke dalam perusahaan Mew yang sangat besar, Kana menoleh ke kiri dan ke kanan semua nampak rapih dan juga mewah.
"Silahkan masuk!"
Pak Bambang membuka pintu ruangan Mew dan mempersilahkan Kana masuk, Kana yang memasang wajah bingung menjadi tersenyum saat melihat Mew duduk di dalam ruangannya.
"Tuan Mew ini makan siang anda."
"Simpan saja di atas meja."
"Baik Tuan."
Pak Bambang keluar setelah menyimpan makan siang milik Mew. Semantara Kana masih berdiri di tengah ruangan hingga Mew mengangkat tangannya lalu memanggil Kana dengan jarinya.
Kana pun tersenyum sumringah dia berjalan ke arah Mew dan duduk di atas pangkuan Mew seraya mengaitkan tangannya di leher Mew.
"Tuan tau! Perusahaan Tuan sangat mewah dan besar, uang yang di hasilkan pasti juga banyak, Tuan tidak hanya bisa memelihara satu orang anak saja di rumah. 1000 anak pun pasti Tuan sanggup."
"Dan 999 orang anak itu akan bertengkar denganmu karena aku yakin kau selalu ingin unggul."
"Ih siapa bilang, aku hanya ingin unggul di beberapa posisi saja, di hati Tuan salah satunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menanti Senja [END]
Short StoryTidak ada yang istimewa tapi aku berharap pantengin storynya sampai End.