Bab 40

1.9K 315 232
                                    

"Papa kenapa?"

"Tidak apa-apa."

"Papa tidak mau kacih Cenja adik ya?"

"Papa kan sudah punya kalian berdua."

"Tambah catu lagi jadi tiga, Cenja mau punya adik laki-laki."

"Kasian Daddy, akan semakin lelah cari nafkah karena harus kasih nafkah untuk ketiga anaknya, terus juga uang Daddy nanti akan terbagi untuk orang banyak dan biasanya untuk anak laki-laki akan mendapat bagian lebih banyak, belum lagi nanti kalau dia dewasa dan menikah, belum tentu istrinya baik, bisa saja dia menyuruh adik kalian untuk habiskan uang Daddy."

"Ih celem, ya cudah tidak ucah bikin adik lagi, Cenja mau adopci anak Tucing aja lagi. Kalau dia nakal tinggal Cenja kubul."

"Tidak boleh! Itu akan semakin merepotkan Papa."

"Ya ko tidak boleh!"

"Belum apa-apa Papa sudah harus bersihin tainya."

"Tapi Cupa cute kan Pah."

"Iya Cute! Tapi lebih Cute lagi kalau Senja yang urus meongnya."

"Cewa Babycitter aja."

"Untuk kucing?"

"Iya!"

"Kalian yang butuh Baby sitter bukan kucing."

Mentari hanya diam mendengar percakapan Senja dan Papanya. Pekerjaan Kana memindahkan baju Senja ke dalam lemari pun selesai dan sekarang dia harus memindahkan baju miliknya ke kamar suaminya.

Cklekk...

Pintu kamar terbuka, Mew yang baru saja pulang kerja melihat Kana di depan pintu lemari, dia pun tersenyum seraya memeluk pinggang Kana.

"Sedang apa?" Ucap Mew seraya menciumi tengkuk istrinya.

"Tuan sudah pulang, kenapa aku tidak dangar mobil Tuan?"

"Mungkin karena kau berada di kamar atas, berhentilah panggil aku dengan sebutan Tuan."

Kana menghentikan aktifitasnya lalu berbalik ke arah Mew.

"Tuan ingin sekali aku menyebut nama Tuan dengan sebutan lain?"

"Tentu saja, aku ingin merasakan menjadi seorang suami bukan orang yang paling tua di rumah ini."

"Biarkan aku selesaikan dulu mengemas bajuku ke dalam lemari."

"Bajumu?"

"Iya, aku bertukar kamar dengan Senja."

"Jadi anak itu berhasil menyakinkanmu agar kau mau satu kamar denganku."

"Hah... mau bagaimana lagi, aku tidak bisa membiarkan suamiku tidur seorang diri lagi."

Mew memeluk Kana dan mencium Pipinya.

"Aku rindu kau yang dulu, kau yang selalu ceria dan bertindak di luar batas normal."

"Hentikan! aku sudah bukan lagi anak-anak, aku Papa dari dua orang anak, anakku saja sudah membuatmu sakit kepala bagaimana jika di tambah satu orang lagi sepertiku."

"Tidak masalah buatku, rumah sebesar ini akan terasa hangat jika mendengar kegaduhan dari kalian bertiga."

"Kau ingin tau kegaduan apa yang hari ini anakmu lakukan?"

"Apa?"

"Mandi saja dulu, nanti dia akan cerita sendiri padamu."

Cup..

Mew mengecup bibir Kana.

"Kau tidak tanya padaku, apa yang saat ini sedang aku rasakan?"

"Apa?"

Menanti Senja [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang