Bab 7

1.7K 295 100
                                    

"Selamat pagi Tuan," Kana membaringkan kepala Mew di atas bantal lalu dia turun perlahan-lahan dari atas tempat tidur menuju ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi Kana ganti pakaian karena dia akan pulang ke rumahnya sebelum orang-orang di rumah Mew Pada sadar Kalau Kana hanya pulang ke sebrang rumah Mew.

"Tuan Mew, aku pulang ya sampai ketemu hari senin," Kana menyelimuti tubuh Mew lalu mencium pipi Mew. "Senangnya bisa mencium dan memandang wajah Tuan dari dekat, besok aku akan ngintip Tuan lagi dari balkon kamarku, Bye tampan, semoga harimu menyenangkan."

Kana keluar dari kamar, dia membuka gerbang rumah Mew lalu menyebrang pulang ke rumahnya.

"Aku pulang. Mah, Pah kalian di mana? Phi Jes gadis cantikmu pulang, kenapa tidak ada yang menjawab aku?"

Kana pergi ke halaman belakang, biasanya kalau libur keluarga mereka ada di halaman belakang.

"Enak ya Mah tidak ada Kana di rumah. Untung saja Jesi bisa menyakinkan Papa agar Kana keluar dari rumah."

"Pura-pura baik memang berat."

"Jesi yakin pasti Tuan Mew sangat tertekan dengan tingkah Kana."

"Tidak masalah yang penting Kana tidak berulah di rumah ini."

Kana menghantikan langkahnya saat mendengar Jesi dan Mamanya bicara. Dia mulai mengeluarkan air matanya dan tetap diam di belakang Jesi dan Mamanya.

"Tapi kalau sekolah dia selesai dia pasti akan kembali ke rumah ini."

"Kita usir saja, kembalikan ke Mew."

"Akh Mama benar, dia kan suka sekali dengan Mew, suruh saja Mew nikahin dia dengan begitu Kana keluar selamanya dari rumah."

"Kalian tega sekali."

"Ya Tuhan Kana kau di rumah, sejak kapan kau pulang! Ya ampun berarti kau dengar semua percakapan kami?" Ucap Jesi.

"Aku dengar, kalian jahat! Cepat kalian bersiap-siap, lamarkan Mew untuk aku sekarang juga. Aku rela di usir dari rumah asalkan aku nikah dengan Mew."

"Tu kan Mah! Manusia satu ini tidak bisa kita prank, dia pasti serius apa lagi untuk urusan laki-laki tampan dia pasti maju paling depan."

"Kalian jangan ingkar, tadi aku dengar kalian mau nikahkan aku dengan Tuan Mew."

"Apa kau hanya dengar yang bagian itu saja?"

"Yang bagian lain aku tidak perduli, aku mau nikah!"

"Memangnya kau sudah diapain sama Mew?"

"Tidak ada Mah! Dia pria yang sangat dingin tapi kami sudah ciuman bibir."

"Hah!" Bara langsung memijat keningnya, darah tingginya langsung naik saat Kana bilang sudah ciuman bibir.

"Mah, Mama tidak apa-apa?" Tanya Kana.

"Pertanyaan bodoh," darah tinggi Mama pasti kumat.

"Ih, kalian yang mulai."

"Kau pulang apa Mew tau?"

"Tidak! Dia masih tidur di kamarku."

"Hah!"

"Aku yang minta dia tidur denganku, Phi aku sangat menyukai pria itu."

"Jes ambilkan obat Mama di kamar."

"Lebih baik Mama ke kamar saja, biar aku yang bicara dengan Kana."

Bara mengangguk dan dia pergi ke kamarnya.

"Kana kau ini masih kecil, bahkan sekolahmu saja belum tamat jangan belajar untuk memulai sesuatu yang akan membuatmu terluka, yang pertama kita tidak selevel dengan dia dan yang kedua kau ini laki-laki dia pun sama, percaya padaku, dia tidak akan memilihmu untuk teman hidup dia di masa depan."

Menanti Senja [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang