Part 03

5.5K 546 56
                                    

Ten mendekati Haechan dan mengusap air mata yang ada di wajah putranya. Haechan pun hanya diam memandang wajah mommy-nya, perasaannya kembali merasa sedih ketika ia ingat bagaimana mommynya meninggal saat itu.

"Mom" bisik Haechan pelan yang langsung membuat Ten memeluknya dengan sangat erat.

"Kau kenapa? Siapa itu Chenle?" Tanya Ten.

Haechan tidak tahu harus menjawab apa pada pertanyaan mommynya, karena jika ia mengatakannya sekarang tanpa adanya bukti belum tentu juga keluarganya percaya.

Apalagi jika Haechan ingat lagi dia juga sudah di keluarkan dari keluarga Seo. Akibat sikap memalukannya yang menjebak Mark dan selalu berusaha mencelakai Xiaojun.

Haechan menjaga jarak antara dirinya dan Ten, "maaf" hanya itu yang Haechan ucapkan sebelum akhirnya berjalan pergi.

"Haechan" panggil Ten namun Haechan tidak berbalik sama sekali.

"Sepertinya Haechan tidak baik-baik saja, bukankah seharusnya kita tidak membiarkannya pergi begitu saja" ujar Xiaojun.

Hendery berbalik dan memandang sendu pada pasangan hidupnya, "dia sudah seperti itu padamu, kau masih saja baik padanya" ucap Hendery dengan nada sedih.

Xiaojun tersenyum lembut seraya memegang tangan Hendery, "aku tidak pernah membenci Haechan sama sekali, juga tatapannya tadi saat melihat ku tidak sama seperti sebelumnya" ujar Xiaojun yang tadi sempat melihat pada mata Haechan.

"Dia sudah tidak memandang jijik padaku, aku rasa Haechan sudah bisa menerima ku" ujar Xiaojun dengan ekspresi berharap. Jelas ia berharap, karena sejak kecil Xiaojun adalah yatim piatu, punya keluarga adalah impiannya sejak lama. Dan sejak dulu ia selalu berharap agar Haechan bisa menerimanya agar kebahagiaan di dalam keluarga Seo benar-benar sempurna.

"Kejar dia Hen, jika bukan kita keluarganya yang ada di sampingnya lalu siapa lagi" ujar Xiaojun.

Ten juga menatap pada Johnny, "cari Haechan, ini saatnya hubungan kita diperbaiki" pinta Ten dan pada akhirnya Johnny pun berdiri dari posisinya. Keduanya dengan cepat berlari keluar dari kediaman mereka dan berharap masih bisa mengejar Haechan. Namun sayangnya Haechan sudah menghilang entah kemana, salah seorang pelayan yang masih sempat melihat arah pergi Haechan pun memberi tahu pada Hendery dan Johnny.

Keduanya berlari sampai keluar dari kompleks  dan menuju jalan besar, dan menemukan Haechan duduk seorang diri di halte bus. Namun yang membuat mereka terkejut adalah melihat Haechan yang naik dan duduk di dalam bus.

"Daddy, sebenarnya kehidupan seperti apa yang dijalani oleh Haechan" bisik Hendery yang terkejut.

Johnny jelas merasa marah, ia tahu sikap Haechan memang sering keterlaluan. Tapi sejak Haechan kecil ia tidak pernah membiarkan putranya itu naik kendaraan umum.

"Sepertinya Daddy harus bertemu dengan Mark" ujar Johnny.

"Daddy pulang sekarang biar Hendery yang mengikuti Haechan" ujar Hendery dan Johnny pun mengangguk setuju.

*****

Haechan duduk seorang diri dan menatap keluar bus, "Chenle" hanya nama itu yang terus ia panggil. Ketika ia mengingat lagi bagaimana putranya mati dalam dekapannya, Haechan tanpa sadar menangis.

"Hiks"  Haechan menangis seraya menundukkan kepalanya. "Maaf" bisik Haechan pelan yang tidak dapat di dengar oleh siapapun.

Set

Tiba-tiba wajahnya di pegang oleh seorang anak, dari usianya mungkin masih 10 tahun atau lebih. "Hyung kenapa menangis?" Tanya anak itu yang membuat Haechan tersenyum karena panggilan Hyung yang disematkan padanya.

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang