Yeri mengerutkan keningnya saat ia melihat pintu keluar bandara, "kita ke Newyork untuk apa?" Tanya Yeri bingung.
"Guanlin bilang ia sedang di Newyork saat ini?" Jawab Renjun yang membuat Yeri mengerutkan keningnya.
"Kau membawa ku jauh-jauh dari Jepang ke Amerika hanya untuk menemui kekasih mu?" Tanya Yeri.
Renjun menoleh dan menatap pada Yeri, "apa yang kau impikan?" Tanya Renjun.
Sontak Yeri mengalihkan pandangannya dan tidak menjawab apapun. "Lucas ada di sekitar Guanlin ku" jawab Renjun yang membuat Yeri menatap Renjun dengan pandangan terkejut.
"MWO?" Pekik Yeri.
Renjun mengangguk, "kita bicarakan ini nanti, yang terpenting kita cari kekasih ku dulu karena nyawanya dalam bahaya" jawab Renjun dan Yeri pun mengangguk setuju.
Kepergian keduanya secara tiba-tiba dan tidak memberi tahu siapapun. Jaemin bahkan sampai menghubungi Renjun berulangkali karena khawatir, namun Renjun hanya mengirimkan pesan singkat bahwa ia ada urusan.
***
Chenle menatap pantulan dirinya di cermin dengan seragam barunya, semalam ia juga bermimpi. Tapi entah itu dulu ataupun sekarang rasa sayang Chenle pada Haechan masih sama besarnya. Bedanya hanya dulu ia tidak tahu siapa Haechan, tapi sekarang ia mengenal bahwa Haechan adalah mamanya.
"Kau sudah siap?" Tanya Chaeryeong yang sudah berdiri di depan pintu kamar Chenle.
Chenle mendekati Chaeryeong dan menatapnya dengan pandangan khawatir, "kau akan sekolah juga?" Tanya Chenle.
"Ya, aku tidak mau melewatkan sekolahku" jawab Chaeryeong.
"Tapi kau masih tidak sehat" ujar Chenle.
"Kau akan menjaga ku" jawab Chaeryeong yang membuat Chenle tersenyum, seperti dulu mereka memang saling menjaga saat akhirnya mereka sudah akrab.
"Tentu aku akan menjaga mu, entah dulu atau sekarang" jawab Chenle yang membuat Chaeryeong tersenyum.
Keduanya turun bersamaan menuju meja makan, Mark menatap dengan wajah penuh senyuman. Namun keduanya hanya mengabaikan Mark begitu saja dan berjalan menuju Doyoung.
"Grandpa bisa mengantarkan kami sekolah?" Tanya Chenle dan Doyoung pun mengangguk.
"Kalian sarapan lalu kita berangkat" jawab Doyoung.
Chaeryeong mengambil 4 lembar roti kau mengoleskannya dengan selai, dua roti di tumpuk menjadi satu ia berikan pada Chenle lalu duanya lagi untuknya.
"Sudah" jawab Chaeryeong seraya berlalu pergi dari hadapan semua orang bersama dengan Chenle.
Doyoung menatap pada Mark, "tidak apa-apa paman, kasihan kalau anak-anak terlambat di hari pertama mereka" ujar Mark.
"Maaf ya Mark" jawab Doyoung dan Mark pun mengangguk.
"Titip anak-anak" ujar Mark dan Doyoung langsung mengangguk singkat seraya menyusul kedua anak Haechan.
Jaehyun menepuk pundak Mark, "mereka pasti bisa menerima mu lagi" ujar Jaehyun.
"Ya, mereka hanya marah sekarang" jawab Mark berusaha terlihat baik-baik saja.
"Maafkan appa Mark" ujar Jaehyun dengan nada menyesal.
Mark menggelengkan kepalanya, "tidak appa, semua belum terjadi jadi jangan merasa bersalah" jawab Mark, "lagipula sekarang semua pasti akan berbeda hasilnya" lanjut Mark yakin.
"Ehm, semua akan berbeda" Hendery menimpali hingga semua orang tersenyum.
Mark menatap ke arah lantai atas, ia tersenyum lembut membayangkan wajah Haechan. "aku akan menjagamu, aku akan menebus semuanya sayang" batin Mark berjanji.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry
FanfictionMenyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal. Karena tidak cukup sekedar nyawanya, namun nyawa berharga lain juga harus ia korbankan.