Haechan menatap sekitar ruang panti asuhan, sejak masuk bersama dengan Jisung tadi Haechan sama sekali tidak melihat ada anak lain ini juga yang membuat Haechan tidak berani meninggalkan Jisung.
"Ji-Sung" panggil Haechan dan Jisung yang tengah belajar pun langsung menoleh.
"Ya Hyung ada apa?" Tanya Jisung.
"Apa disini tidak ada penghuni lain selain kau dan Hyung mu?" Tanya Haechan.
Ji-Sung mengangguk membenarkan dugaan Haechan, "iya soalnya panti asuhan ini sudah akan ditutup" jawab Ji-Sung.
"Ditutup? Kenapa?" Tanya Haechan.
Ji-Sung tampak berpikir sejenak, "halmeoni bilang tanah di sekitar sini sekaligus panti asuhan ini telah di beli oleh Haneul grup dan akan di bangun sebuah pabrik" jawab Ji-Sung yang membuat Haechan tertegun.
"Haneul" bisik Haechan pelan, ia jelas tahu perusahaan milik keluarganya itu.
"Apa mereka tidak memberikan kompensasi?" Tanya Haechan.
"Mereka memberikannya kok Hyung, hanya saja Chen Hyung tidak mau pindah karena ia berpikir nanti orang tuanya tidak akan bisa menemukannya kalau ia pergi dari tempat ini" jawab Ji-Sung.
Haechan mengangguk paham dengan penjelasan Ji-Sung, "lalu Hyung mu pulang jam berapa?" Tanya Haechan seraya melihat pada jam tangannya.
"Harusnya masih lama, tapi tidak apa-apa nanti kalau Ji-Sung pulang kuncinya tinggal di taruh di pot depan.
"Pulang?" Tanya Haechan bingung.
Ji-Sung mengangguk, "iya Ji-Sung sudah di adopsi dan tinggal di ujung jalan sana" jawab Ji-Sung.
"Heh, lalu sampai jam begini kau belum pulang apa tidak di cari oleh keluarga mu?" Tanya Haechan lagi.
Ji-Sung menggelengkan kepalanya, "tidak kan eomma dan papa tahu kalau pulang sekolah Ji-Sung pasti pergi ke panti" jawab Ji-Sung.
"Kalau begitu ahjussi pulang sekarang saja" ujar Haechan.
Ji-Sung mengangguk, "maaf ya Hyung, belum bisa bertemu dengan Chen Hyung soalnya Ji-Sung lupa kalau kelas Chen Hyung hari ini sampai malam" jawab Ji-Sung.
"Tidak apa-apa, masih ada lain hari" jawab Haechan.
Setelahnya mereka berdua lalu keluar dari panti, setelah mengantarkan Ji-Sung sampai di depan rumahnya. Baru Haechan pergi ke tempat sauna yang tadi dilihatnya.
Kaki Haechan memasuki tempat itu namun tiba-tiba ia berbalik dan melihat punggung seorang anak laki-laki yang lewat. Ada desir aneh saat Haechan melihatnya namun ia abaikan begitu saja dan hanya melanjutkan niatnya memasuki sauna.
*****
23.12
Cukup larut Mark pulang malam ini pekerjaannya begitu banyak hingga membuatnya lupa waktu. Mark menatap jam yang tergantung di dinding, sebelum dengan cepat ia naik ke atas.
Tujuannya adalah kamar Haechan tapi Mark hanya berdiri diam saja di depan pintu hingga akhirnya ia berani untuk mengetuk. Perlu banyak keberanian bagi Mark mengetuk pintu kamar Haechan, namun sudah hampir sepuluh menit ia mengetuk namun pintu kamar Haechan tidak kunjung terbuka.
"Apa mungkin dia sudah tidur?" Tanya Mark pada dirinya sendiri, harusnya Mark pergi namun entah kenapa ia ingin melihat wajah Haechan sebentar saja.
"Maaf Haechan" bisik Mark seraya membuka pintu kamar Haechan yang ternyata tidak di kunci.
Namun Mark tertegun saat kondisi kamar begitu gelap, Mark hampir keluar saat ia berpikir mungkin Haechan memang tidur dengan kondisi gelap gulita seperti ini. Namun ia tidak bisa melihat siluet Haechan di ranjang jadinya Mark pun menyalakan lampu dan tertegun melihat kamar Haechan yang kosong tanpa ada penghuni.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry
FanfictionMenyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal. Karena tidak cukup sekedar nyawanya, namun nyawa berharga lain juga harus ia korbankan.