Rumah kakek Renjun terlihat asri dan nyaman, dan jujur Haechan suka dengan suasana disini. Sembari duduk di tepi kolam ikan Haechan memandang sekelilingnya.
Sedangkan dari tempat Haechan sekarang ia bisa melihat Renjun yang terlibat pembicaraan serius dengan kakeknya. Pria tua itu menatap Haechan dengan pandangan tajam, yang Haechan tahu apa maksudnya. Karena itu Haechan tidak masuk ke dalam rumah, kalau tuan rumahnya saja terlihat menyeramkan.
Sedangkan di dalam Renjun tidak fokus dengan ucapan kakeknya dan malah sibuk mengamati Haechan.
Brak
"Kurang ajar, kau mengabaikan kakek dan malah melihat orang lain" ujar kakek Renjun dengan nada marah setelah menggebrak meja dengan sangat kuat.
"Orang lain dari mana dia mamaku" jawab Renjun yang tidak ada takut-takutnya sama sekali.
"Aku tidak ingat papamu mengambil istri lagi, yang bahkan seusia mu" ujar sang kakek yang membuat Renjun menatap kakeknya dengan pandangan horor.
"Kakek jangan sembarangan" pekik Renjun marah, "mana bisa Haechan yang cantik dan baik hati itu menikah dengan pria seperti putramu, cukup mamaku saja yang bernasib sangat sial" lanjut Renjun yang membuat kakeknya langsung menatapnya dengan pandangan tidak percaya.
Lelaki tua itu pikir Renjun marah karena Haechan akan menjadi perusak rumah tangga orangtuanya. Namun cucunya yang baik ini malah menghina putranya.
"Semakin tua kok, semakin aneh" ujar Renjun dengan anda menghina.
Kakek Renjun hanya berdecak kesal dengan ulah cucunya, ia sekali lagi menatap pada Haechan di seberang sana. "Kalau dia menyakiti mu lagi bagaimana?" Tanya sang kakek dengan nada yang jelas-jelas khawatir.
Renjun bukannya simpati namun malah tersenyum menyeringai, "kalau kali ini dia mengambil calon suami ku lagi, maka nantinya aku akan menjadikan dia istri ku, hahahahahhah" ujar Renjun seraya beranjak pergi dari hadapan kakeknya.
"BOCAH SINTING" umpat kakek Renjun marah, tapi tentu saja itu tidak membuat Renjun takut sama sekali.
Renjun berhenti berjalan lalu menatap kakeknya dengan tajam yang membuat lelaki tua itu sedikit merengut ketakutan. "Kalau kakek menakuti Haechan seperti ini lagi, maka lain kali akan ku bakar seluruh rumah ini" ujar Renjun lantang.
"Dia sedang hamil dan itu berbahaya jika membuatnya stress apalagi takut, aku juga bisa-bisa tidak di beri makan olehnya" lanjut Renjun.
"Kalau makan kau tinggal beli atau bawa koki profesional dari Perancis, untuk apa kau....."
BRAK
Renjun tiba-tiba menendang pintu kayu di depannya sampai roboh. "Aku serius kakek, kau tidak ingin aku robohkan satu rumah ini sekarang juga bukan?" Tanya Renjun dengan wajah yang tersenyum amat manis.
Dan kakek Renjun pun mengangguk dibawah ancaman sang cucuk yang jelas tidak main-main. Meski terlihat punya wajah yang cantik, namun kedua cucunya sama-sama punya kekuatan yang cukup besar. Dan lelaki tua ini tidak mau memancing kemarahan Renjun lebih dari ini.
Renjun tersenyum puas menatap respon kakeknya, sebelum pergi ia sempat tersenyum sopan pada pelayan yang baru datang setelah mendengar keributan.
Sang kakek menatap Renjun dengan pandangan dalam, "kalau kau bersama dia, maka Nakamoto akan mendapatkan keturunan" bisik pria tua itu pelan.
"Maksudnya tuan?" Tanya pelayan yang tadi datang.
"Kedua putra Yuta tidak memiliki keistimewaan seperti Winwin, selain wajah cantik Winwin" ujar pria tua itu sembari menatap pada pelayannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry
FanfictionMenyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal. Karena tidak cukup sekedar nyawanya, namun nyawa berharga lain juga harus ia korbankan.