Part 36

2.5K 418 33
                                    

"Chenle, maafkan mama-hiks"

Chenle memeluk mamanya dengan sangat erat seraya menghapus air mata yang mengalir di pipi Haechan, ia tahu apa yang menjadi mimpi buruk mamanya pasti berhubungan dengannya.

"Mama, ayo bangun dan lihat Chenle" ujar Chenle lembut. "Chenle baik-baik saja ma, Chenle mohon mama buka mata mama" lanjut Chenle berharap bahwa Haechan akan membuka matanya.

"Mark Hyung, aku telah membuat putra kita menderita"

Chaeryeong berdiri kaku mendengar kata-kata yang di ucapkan oleh Haechan. Kata-kata yang sama sesaat sebelum mamanya benar-benar menyerah pada kehidupannya. Chaeryeong sontak menggelengkan kepalanya, ada bayangan samar saat melihat mamanya tampak tidak berdaya dalam pelukan Chenle dan juga kejadian dimana mamanya menyeret Yeri ke tepi jurang.

"Dulu aku tidak bisa melepaskan mu, hingga membuatku nekat menjebak mu sekarang juga sama Mark Hyung"

Chaeryeong menggelengkan kepalanya dengan kuat seraya menatap Haechan dengan tatapan takut. Air matanya mengalir dengan sangat deras tapi setiap orang begitu fokus akan Haechan jadi mereka tidak menyadari keanehan Chaeryeong.

"Kali ini orang yang tidak bisa aku lepaskan adalah putraku, karena itu aku akan menebus semua kesalahan ku dan menemaninya di akhirat"

"HAECHAN" Mark berteriak dengan keras karena kata-kata Haechan,

Bruk

"ANDWE MAMA" teriakan Chaeryeong tiba-tiba membuat semua orang mengalihkan pandangannya. Gadis muda itu tampak memandang Haechan dengan pandangan putus asa.

Ten berlari ke arah Chaeryeong dan memeluknya, "tenang nak, tenang kau akan baik-baik saja" ujar Ten sembari mengelus rambut Chaeryeong yang masih menangis. Mark pada akhirnya juga mendekati Chaeryeong dan menatap putrinya dengan tatapan khawatir.

"Young-ah, kau kenapa?" Tanya Mark khawatir. Chaeryeong awalnya tampak linglung tapi setelahnya ia menatap pada Mark tajam. Chaeryeong mendorong Ten yang memeluknya lalu mendorong Mark juga.

"Kalian semua orang jahat" ujar Chaeryeong menunjuk pada Johnny, Mark dan Ten. "Kalian memaksa mamaku untuk mati, kalian semua membunuh mamaku" ujar Chaeryeong dengan air matanya yang mengalir.

Doyoung mendekati Chaeryeong karena tampaknya anak itu tidak terlalu waspada pada Doyoung. "Chaeryeong tenang nak, mama mu akan baik-baik saja tidak ada yang a" ujar Doyoung.

Chaeryeong menggelengkan kepalanya dan menatap Doyoung dengan pandangan putus asa, "mereka mengabaikan kami, mereka tidak peduli dimana kami akan tidur dan bagaimana kami makan hiks" ujar Chaeryeong pelan.

"Mereka memaksa mama ku sampai pada titik terendah dalam hidupnya hiks" tangis Chaeryeong semakin tidak terkendali, ia bahkan sampai memeluk dirinya sendiri.

"Mama ku dilecehkan, mama ku dihina, mama ku dianggap sampah" racau Chaeryeong pelan, "dan mereka tidak ada untuk mama, hiks" lanjut Chaeryeong seraya berjalan mendekati Haechan dan Chenle.

Chaeryeong memegang lengan Chenle dan menatapnya dengan sedih, "hiks-jangan tinggalkan mama Chenle" ujar Chaeryeong memohon dan Chenle hanya bisa diam dengan sikap tiba-tiba Chaeryeong yang tidak biasa.

Melihat Chenle tidak menjawab maka Chaeryeong berpikir bahwa Chenle akan meninggalkan Haechan.

Bruk

Chaeryeong bersujud di kaki Chenle, "CHAERYEONG-AH" teriak Chenle.

"Jangan pergi hiks- aku mohon jangan pergi kemana pun hiks" bisik Chaeryeong yang membuat Chenle membaringkan Haechan di sofa dan langsung membantu Chaeryeong untuk duduk.

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang