Part 12

5.1K 558 52
                                    

Jeno memegang tangan Jaemin dengan erat saat menunggu hasil pemeriksaan dokter. Ia lihat Chaeryeong belum juga sadar, "tenang Jeno" ujar Jaemin.

Jeno menoleh pada Jaemin dan mengangguk, "kaki mu bagaimana?" Tanya Jeno.

"Sudah lebih baik, tadi juga sudah di periksa" jawab Jaemin dan Jeno pun mengangguk.

"Wali nona Chaeryeong" panggilan itu membuat Jeno dan Jaemin sontak berdiri dan mendekati seorang dokter.

"Bagaimana keadaan keponakan saya dokter?" Tanya Jeno.

"Pasien baik-baik saja, tidak ada cedera dan jika nanti sadar bisa di bawa pulang" jawab dokter yang membuat Jeno menghela nafas lega.

"Terima kasih dokter" ujar Jeno.

*
Mark meremat stir mobilnya dengan kuat, saat ini ia tengah dalam perjalanan menuju rumah sakit setelah tadi Jeno memberikan kabar kalau Chaeryeong jatuh dari tangga.

"Semoga Chaeryeong baik-baik saja" batin Mark.

*

Jaemin duduk di samping ranjang Chaeryeong dan menatap wajah terlelap anak itu dengan ekspresi sulit. "kalau kau tidur begitu lebih mirip malaikat, tapi kalau bangun kenapa kelakuan mu seperti iblis" ujar Jaemin dengan nada kesal.

"Kau yang iblis"

Mata Jaemin membulat saat mendengar Chaeryeong menjawabnya. "Kau sudah bangun, kenapa tidak bilang" ujar Jaemin.

"Malas melihat mukamu" jawab Chaeryeong dengan nada acuh yang membuat Jaemin seakan ingin memukulnya.

"Ya, aku sudah berbaik hati membawa mu ke rumah sakit ya" ujar Jaemin kesal.

Chaeryeong seketika menoleh dan menatap Jaemin dengan pandangan datar, "aku juga tidak minta, untuk apa kau sok menjadi pahlawan kesiangan" jawab Chaeryeong.

Jaemin rasanya ingin mengumpati anak ini, "kelakuan mu itu buruk sekali sih" jawab Jaemin, "setelah di tolong itu kata pertama yang harus kau katakan adalah terima kasih, apa Lee Haechan tidak pernah mengajari mu" lanjut Jaemin.

"Bisa tidak di setiap kelakuan ku kau tidak membahas perihal mama ku, kau tampak senang sekali mencari kesalahan mama ku" ujar Chaeryeong yang membuat Jaemin berdehem pelan.

"Lagipula aku sudah bilang aku tidak minta kau tolong, kalau kau tidak ikhlas jangan menolongku" ujar Chaeryeong seraya mengalihkan pandangannya. Jaemin akhirnya memilih untuk diam saja, entah kenapa ia merasa kata-kata Chaeryeong benar, seolah-olah Jaemin pamrih karena sudah menolong anak itu.

"Sudahlah istirahat sebentar, nanti kalau sudah lebih baik kita pulang" ujar Jaemin.

"Aku hanya akan pulang dengan mamaku" ujar Chaeryeong.

Jaemin berdecak pelan mendengar jawaban Chaeryeong, namun setelah ia ingat harusnya Renjun tahu dimana Haechan sekarang bukan. "Aku hubungi Renjun saja" batin Jaemin seraya berjalan menjauh dari Chaeryeong yang hanya menatap punggung Jaemin dengan pandangan datar.

****

"Okay, akan kubawa Haechan kesana" ujar Renjun seraya mematikan sambungan telepon Jaemin lalu menyimpan handphonenya di saku celananya.

Renjun lalu menatap pada Chenle, "Chenle kita harus menemui mama mu sekarang juga" ujar Renjun.

Chenle mengangguk, "apa ini boleh kubawa?" Tanya Chenle memegang satu cup minuman yang tadi di belikan oleh Renjun.

Renjun tersenyum dan mengangguk, "boleh" jawab Renjun. Keduanya lalu berjalan keluar dari mall dengan beberapa paper bag di tangan Renjun. Tadi memang ia membawa anak itu untuk berbelanja, beberapa bahan makanan dan juga baju untuk Haechan dan sedikit perlengkapan untuk Chenle sekolah.

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang