Haechan awalnya hanya ingin mengabaikan keberadaan pria itu, namun saat namanya disebut dengan cara berteriak seperti itu. Mau tidak mau akhirnya ia pun berhenti, ia sempat melihat senyum di wajah Taeil. Dan akhirnya Haechan tahu apa maksud dari ucapan pria ini sebelumnya.
Chenle juga yang melihat kehadiran lelaki yang statusnya adalah papanya, langsung menyembunyikan wajahnya dan berjalan dibelakang Taeil.
"Masuk mobil lebih dulu" ujar Taeil pada Chenle yang langsung mengangguk.
"Kau juga anak manis" ujar Taeil pada Chaeryeong yang berniat menyusul Haechan. "Biar grandpa dan paman Renjun yang membantu mama mu" ujar Taeil lagi dan untungnya Chaeryeong setuju.
"Haechan" panggil Mark sedangkan Haechan yang masih membelakangi pria itu hanya mendengus malas sebelum berbalik.
"Apa lagi?" Tanya Haechan.
"Kau mau pulang?" Tanya Mark, "kemana biar aku antar" lanjut Mark.
"Tidak perlu Mark Lee" sahut Haechan dengan nada malas, Haechan tidak tahu kalau Mark bisa sekeras kepala ini.
"Lalu kau mau kemana? Lebih baik aku yang antar" ujar Mark lagi yang tampaknya masih belum mau menyerah.
"Tidak perlu Mark Lee" jawab Haechan, dan masih dengan jawaban yang sama.
"Tapi kau mau kemana? Ini sudah sangat larut, apalagi Chaeryeong adalah seorang gadis dan itu membuatku khawatir pada kalian" ucap Mark.
Haechan sudah benar-benar lelah, ia bahkan sampai menutup matanya saat Mark berbicara. "Kau tidak perlu khawatir Mark Lee" jawab Haechan.
"Tapi Haechan..."
"CUKUP" bentak Haechan keras, ia lalu mengatur nafas dalam-dalam sebelum ia menatap Mark dengan pandangan jengah.
"Aku akan pergi dengan paman Taeil dan Renjun, jadi bisakah kau pergi sekarang?" Tanya Haechan namun Mark malah menggelengkan kepalanya.
"Aku akan ikut dari belakang, atau kau bersama dengan ku di mobilku" ujar Mark seraya menggenggam tangan Haechan.
Renjun yang melihat itu sontak langsung berusaha melepaskan tangan Mark dari Haechan. Namun bukannya lepas malah ia yang terjatuh.
Bruk
Haechan dan Mark hanya bisa bengong melihat ulah Renjun, "ini pasti karena aku lapar" omel Renjun yang membuat Taeil tertawa geli.
Sedangkan di mobil Chaeryeong yang melihat itu hanya berdecih, "yang seperti itu mau jadi suami mama, mental Jelly begitu" ujar Chaeryeong dengan nada menghina.
"Papa kuat juga" ujar Chenle dengan nada kagum.
"Ehm, kuakui hal itu" ujar Chaeryeong.
"Lalu kenapa papa tampaknya tidak mau melepaskan mama, apa papa mencintai mama?" Tanya Chenle namun Chaeryeong terdiam dan tidak menjawab, ia bahkan juga mengalihkan pandangannya.
"Apa gunanya cintanya, ia tidak bisa melindungi mama dan gagal menyelamatkan mama" bisik Chaeryeong penuh dendam.
"Apa?" Tanya Chenle.
"Tidak ada" jawab Chaeryeong.
*
"Maaf Mark, tolong lepaskan Haechan" ujar Taeil sopan.
"Aku tidak akan menahan Haechan kok paman, tapi kalau Haechan satu mobil dengan kalian bukannya nanti jadi sempit ya" ujar Mark beralasan.
"Mobil paman bukan becak Mark" jawab Taeil.
"Ehm, iya itu mobil kok paman, tapi aku hanya kasihan dengan Haechan dengan badannya yang sekecil ini harus berdesakan itu akan membuatnya tidak nyaman" jawab Mark seraya tersenyum pada Haechan yang telah memandangnya takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry
FanfictionMenyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal. Karena tidak cukup sekedar nyawanya, namun nyawa berharga lain juga harus ia korbankan.