Part 24

7.1K 621 36
                                    

JLEB

Mata Jeno menatap kearah bawah dadanya yang di tusuk, tapi dengan cepat juga tadi Jeno masih sempat menahan pisau itu. Hingga luka yang dialaminya tidak terlalu dalam, meski memang tangannya terluka.

"Kau ingin aku mati?" Tanya Jeno dengan nada dingin, "mengandalkan otakmu yang tidak berguna maka kau tidak akan berhasil" tambah Jeno seraya merebut pisau itu dengan cepat.

Pisau itu berbalik dan menyerang orang yang tadinya menyerang Jeno. "Kalau ingin membunuh orang, maka rasakan lebih dulu" ujar Jeno sebelum menusuk tepat di leher pria itu.  Hanya dalam hitungan detik, orang itu tampak tidak bernyawa.

Tes
Tes

Wajah Jeno menatap kearah atas, hujan perlahan turun membasahi bumi. "Bahkan langit mendukung tindakan ku" ujar Jeno sebelum berjalan kembali ke mobilnya. Tapi sebelum masuk ke dalam mobil Jeno memperhatikan sekitar, setelah di rasa aman ia pun benar-benar pergi.

Seorang lelaki keluar dari persembunyiannya, "ternyata tidak mudah membunuh putramu Jaehyun" bisik pria itu sebelum berjalan pergi.

*

Jeno menutup matanya melihat pandangan Taeyong yang begitu tajam kearahnya. Saat sampai di rumah sakit sebenarnya tidak ketahuan kalau dia tengah terluka. Namun entah bagaimana darahnya kembali menetes dan hidung papanya tiba-tiba menjadi setajam anjing.

"Lee Jeno, bubu akan bertanya sekali lagi?"

"Baik" Jeno menjawab dengan cepat, "Bubu, sebenarnya Jeno juga tidak tahu siapa orang yang menyerang Jeno, tapi untungnya Jeno bisa menyelamatkan diri dan dia sudah mati" ujar Jeno yang membuat Taeyong menghela nafas dalam-dalam.

"Siapa sebenarnya yang mencari masalah dengan keluarga kita" ujar Taeyong dengan nada kesal.

"PARK CHAEYONG"

Yeri tiba-tiba masuk seraya menatap Taeyong dengan pandangan dalam, "maaf bubu, aku tidak bilang saat ia datang tadi kukira ia ingin mencelakai Mark namun ternyata ia mengincar Jeno" ujar Yeri.

Taeyong sontak menatap Jaehyun dengan wajah bengis, "kau benar-benar menarik ular betina untuk membunuhku" ujar Taeyong dengan nada datar.

"Taeyong-ah..."

"Sudahlah, beberapa tahun yang lalu aku masih kasihan padanya tapi sekarang bukan hanya ingin mencari masalah ia bahkan akan melenyapkan putraku" ujar Taeyong dengan nada marah, "kali ini aku tidak berniat mengampuni nyawanya" tambah Taeyong sebelum keluar dari kamar Mark.

Amarah Taeyong adalah mimpi buruk Jaehyun jadi ia juga langsung menyusul pasangan hidupnya ini. Kalau Jeno ia memilih untuk mencari kamar untuk beristirahat. Yeri sendiri pun ingin berjalan keluar, namun langkahnya tertahan saat ada yang memanggilnya.

"JUNG YERI"

****

Haechan menjadi gelisah saat tidur, badannya juga lemas ketika tadi ia banyak muntah setelah habis makan malam. Haechan mengelus perutnya dan memijat tengkuknya.

Kalau seperti ini selalu saja ia merasa sedih, andai ada suami yang akan menjaga sepenuh hati tentu Haechan akan sangat bahagia.

Cklek

Haechan sontak duduk saat ia mendengar pintu kamarnya di buka. "Oh kau masih bangun sayang?" Tanya Doyoung pada Haechan.

"Mama kenapa ke kamar Haechan malam-malam? Ini sudah larut, mama harusnya tidur" lanjut Haechan yang membuat Doyoung tersenyum.

"Kau mengomentari mama, tapi kau sendiri belum tidur" ujar Doyoung dan Haechan hanya bisa tersenyum malu.

Doyoung lalu duduk di sisi Haechan, "kau pasti sudah mulai merasa kurang nyaman dan tidak bisa tidur bukan?" Tanya Doyoung menebak apa penyebab Haechan belum tidur.

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang