Part 22

4.8K 584 69
                                    

Satu Minggu sebelumnya!

Renjun membaringkan kepalanya diatas meja seraya menatap langit dengan pandangan lesu. "Baobei, kau baik-baik saja?" Tanya seorang pria tampan yang baru datang dengan dua gelas kopi di tangannya.

Renjun menatap wajah pria itu sebelum air matanya jatuh, sontak hal ini membuat pria itu langsung kebingungan. "Renjun, honey ?" Panggilnya panik.

"Guanlin....hiks...hiks...hiks.....hiks" tangis Renjun seraya memeluk perut pria itu.

Guanlin langsung saja mengusap sayang punggung kekasihnya, "ehm, kenapa? Kau ingin sesuatu?" Tanya Guanlin dan Renjun mengangguk.

"Haechan" jawab Renjun dengan nada sedih namun malah membuat Guanlin ingin tertawa. Karena ia harus melihat wajah kekasihnya yang tampak melas dan penuh dengan air mata.

"Iya, akan kucari Haechan untukmu tapi kau jangan menangis lagi" bujuk Guanlin.

"Sungguh?" Tanya Renjun dan Guanlin pun mengangguk.

"Nah sekarang hapus air matamu, dan makan kue-kue yang sudah kubeli" ujar Guanlin.

Renjun menurut dengan cepat tangannya mengusap air mata di wajahnya dan mulai melahap kue-kue lezat miliknya. "Mmmasssih ttiddaaak leeeebbbbiiihhh eeennnnaaakk dddarrri mmaaasssaaakaan Haechan" ujar Renjun dan Guanlin hanya mengangguk seraya mengusap bibir Renjun yang belepotan.

"Iya aku tahu, masakan Haechan lebih enak" ujar Guanlin dan Renjun pun mengangguk dengan semangat. Tapi yang membuat Guanlin tersenyum adalah, mulut Renjun penuh dengan kue dengan kedua tangannya yang juga memegang kue.

*

Renjun berdiri seraya membalikkan badannya disebelahnya ada Jaemin. Di depan Jaemin, ada Winwin dan Yuta yang tidak lain adalah orang tua Renjun. Dan ini berarti saat ini Renjun tengah berdiri dengan posisi membelakangi kedua orang tuanya.

"Jadi kau tidak mau pulang, karena Haechan hilang? Apa Tousan tidak salah dengar ? Sejak kapan juga kau menjadi begitu akrab dengan anak Johnny itu?" Tanya Yuta dengan nada datar.

"Tousan tidak usah bersikap sok galak padaku ya, lagipula itu tidak membuat ku takut sama sekali" sahut Renjun yang masih belum mau menatap orang tuanya.

Winwin tersenyum mendengar jawaban Renjun, ia lalu menatap pada suaminya yang hanya mengangkat tangannya.

"Kau sekarang tidak mau pisah sekali dari anak itu, sampai mama meminta mu untuk pulang ke China demi mengurus pernikahan mu dengan Guanlin pun kau bilang apa?". Tanya Winwin.

"Mama saja yang urus" jawab Yuta dan Jaemin kompak dengan senyum paksa di wajah Winwin.

Renjun membalikan badannya dan tersenyum, ia lalu mendekati Winwin dan memeluk lengan Winwin dengan erat. "Mama" panggil Renjun dengan nada manja.

"Ehm" jawab Winwin lembut, "kau mempercayai semua pada mama, haruskah mama yang menjadi calon mempelai Guanlin" jawab Winwin lagi yang membuat Yuta dan Renjun menatapnya dengan pandangan merajuk.

Tapi ekspresi Renjun hanya sesaat, "tidak apa-apa, tidak jadi suamiku tapi jadi ayah tiri juga boleh asalkan mama mengambil Haechan untukku dan nikahkan dia dengan ku...heehhee" jawab Renjun yang membuat Yuta seakan mau menggunduli kepala putranya ini.

Sedangkan Jaemin hanya memutar matanya malas, "dasar tukang makan, kau hanya peduli dengan masakan Haechan tapi tidak dengan hatinya" sahut Jaemin.

"Kata orang cinta akan datang karena terbiasa, lihat saja Mark Hyung akhirnya dia jatuh cinta juga pada Haechan sampai nekat mau bunuh diri" ujar Renjun.

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang