Part 38

2.4K 419 24
                                    

Haechan memasuki kamar Chaeryeong dan menatap makanan milik Chaeryeong yang masih utuh. Ia memandang pada punggung putrinya yang duduk di depan jendela.

Hari ini hujan namun hujan selalu menjadi kesukaan Chaeryeong, putrinya suka menari balet di hujan entah kenapa? Saat Haechan bertanya Chaeryeong hanya bilang suka itu saja.

Haechan perlahan berjalan mendekati Chaeryeong dengan makanan milik Chaeryeong yang sejak tadi telah diabaikan. Tangan Haechan terulur menyuapi Chaeryeong yang hanya menatap makanan itu tanpa minat.

"Sayang" ujar Haechan dengan nada memohon yang pada akhirnya membuat Chaeryeong mengalah. Haechan tersenyum senang sembari terus menyuapi Chaeryeong.

"Sudah, kenyang" ujar Chaeryeong dan Haechan pun tidak memaksa lagi,  makanannya hampir setengah dan menurut Haechan itu cukup.

"Mama" panggil Chaeryeong pelan.

"Ehm," jawab Haechan.

"Bisakah mama melepaskan papa?" Tanya Chaeryeong yang membuat Haechan tertegun.

"Ayo kita pergi dari rumah ini ma" ujar Chaeryeong pelan, "kita hidup berdua saja, hanya kita berdua" lanjut Chaeryeong.

Haechan menundukkan kepalanya dengan sedih, "maaf, tapi mama...." Kata-kata Haechan terhenti tapi Chaeryeong tahu kalau mamanya tidak akan pernah mungkin melepaskan papanya.

"Chaeryeong mengerti" ujar Chaeryeong sebelum ia hanya kembali diam dan menatap hujan lagi.

Tok
Tok

Haechan mengalihkan perhatiannya ke arah pintu lalu berdiri, saat ia membuka pintu seorang pelayan melaporkan kalau Yeri datang.

Haechan tersenyum sebelum ia berjalan keluar dari kamar, sedangkan Chaeryeong hanya menatap punggung Haechan tanpa ekspresi. Sebenarnya sejak Chaeryeong menjadi lumpuh, entah kenapa ia menjadi sensitif sekali. Ia tiba-tiba merasa tidak menyukai kehadiran Yeri sama sekali. Chaeryeong juga sering mengatakan pada mamanya untuk tidak bergaul dengan Yeri, tapi mamanya hanya bilang kalau imonya itu orang baik.

*
Saat sampai di bawah Haechan tertegun saat melihat ada Chenle juga di rumah, ia pikir Chenle sudah pergi bersama dengan Mark.

"Sam..."

Chenle menghentikan ucapannya dan hanya membiarkan Haechan berlalu dari hadapannya, ini sudah biasa namun tetap saja membuat Chenle merasa terluka. Ia tidak pernah mengerti dengan perasaan yang dimilikinya pada Haechan dan Mark. Saat bersama Mark ia seperti menemukan sosok yang ia rindukan selama bertahun-tahun. Dan entah kenapa Chenle selalu ingin mendapatkan sambutan hangat juga dari Haechan. Chenle masih menatap Haechan lama, bahkan saat Haechan masih asyik mengobrol dengan Yeri.

Di sisi Haechan ia juga sadar kalau Chenle masih menatapnya, ia sendiri langsung melirik ke arah Chenle sampai tidak memperhatikan ucapan Yeri.

"Apa anak itu membuatmu tidak nyaman kembali?" Tanya Yeri.

Haechan mendengus kasar, "sejak dia hadir, itu saja sudah membuat ku merasa tidak nyaman" jawab Haechan. "Dia merebut apa yang seharusnya menjadi milik Chaeryeong" lanjut Haechan yang terlihat sangat kesal. Tanpa tahu Yeri sudah tersenyum miring mendengar ucapan Haechan.

"Nanti siang ikut aku ya" ajak Yeri.

"Kemana? Apa perlu membawa Chaeryeong?" Tanya Haechan.

"Tidak usah, kau tahu Chaeryeong akhir-akhir ini sering mengabaikan ku" ujar Yeri dengan nada tidak suka.

"Maaf Noona, aku juga tidak tahu kenapa Young seperti itu" jawab Haechan dengan nada tidak enak.

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang