"LEPASKAN MAMAKU"
Mendengar Chaeryeong berteriak sontak Haechan langsung menarik tangannya dengan kuat dibantu oleh Chaeryeong.
Haechan berjalan mendekati Chaeryeong yang langsung memeluk Haechan. "Mama" panggil Chaeryeong pelan dalam dekapan Haechan. Sedangkan Mark hanya bisa berdiri di tempatnya, ketika ia jelas-jelas di tolak oleh anak dan istrinya.
"Tangan mu berdarah" ujar Haechan dengan nada khawatir.
"Aku menarik jarum infusnya tadi" jawab Chaeryeong santai, "takutnya ada yang menggangu mama" tambah Chaeryeong sebelum menatap Mark dengan pandangan ganas.
Haechan melepaskan pelukannya dan menatap Chaeryeong dalam, "jangan begitu young-ah, mama tidak suka melihat mu terluka" ujar Haechan dan Chaeryeong pun tersenyum sembari mengangguk.
"Ya mama" jawab Chaeryeong patuh yang sebenarnya cukup membuat Jaemin heran, bahwa sikap anak ini bisa semanis madu di depan ibunya.
Tatapan mata Chaeryeong menatap pada Chenle yang juga tengah menatapnya, dan Haechan yang sadar akan hal itu langsung berbisik pada Chaeryeong.
"Nanti mama jelaskan" ujar Haechan, karena takut akan reaksi Chaeryeong.
Namun Chaeryeong hanya tersenyum dan menggenggam tangan Chenle dan Haechan sebelum masuk ke dalam kamarnya.
"Kalian pulang saja, sudah tidak di perlukan, hanya membuat ku tambah sakit nanti" ujar Chaeryeong sebelum menutup pintu kamarnya.
"Aissshhh, bocah itu padahal dia juga tidak benar-benar sakit" decak Jaemin sebal. "Kita pulang" ajak Jaemin namun Jeno menggelengkan kepalanya seraya menunjuk pada Mark yang hanya diam menatap pintu kamar Chaeryeong.
Tidak lama Ten dan Taeyong pun datang bersama dengan Doyoung. "Bagaimana dengan Chaeryeong?" Tanya Ten.
"Tenang paman Chaeryeong baik-baik saja, dia di dalam bersama dengan Haechan" jawab Renjun.
Ten mengangguk seraya berjalan ke arah kamar, "maaf sebelumnya paman, Chaeryeong tidak mau ditemui oleh siapapun kecuali Haechan" ujar Jeno dengan nada hati-hati.
Ten tertegun sejenak sebelum ia berusaha untuk tetap tersenyum, "begitu ya" ujar Ten seraya duduk di kursi. Meski tersenyum tapi jelas Ten merasa terluka, ia pun hanya diam seraya meremat tangannya.
*
Haechan mengusap sayang rambut Chaeryeong, "mama akan mengurus administrasinya, kau tunggu disini dengan..." Ucapan Haechan terhenti saat ia melihat Chenle.Chaeryeong tiba-tiba memeluk Haechan, "dia putra kandungmu bukan mama" bisik Chaeryeong pelan yang membuat Haechan terkejut. Ia berniat melepas pelukan Chaeryeong namun ditahan oleh Chaeryeong.
"Kau tahu?" Tanya Haechan pelan.
Chaeryeong menatap pada Chenle dan tersenyum, "asal mama tidak melupakan Chaeryeong" jawab Chaeryeong dengan suara menahan tangis.
Haechan melepaskan pelukannya dan tersenyum menatap Chaeryeong, ia menarik Chenle agar lebih dekat lalu memegang tangan mereka berdua. "Kalian harta berharga yang kumiliki, hanya kalian dan mama tidak akan membiarkan kalian pergi dari mama" ujar Haechan yang membuat Chaeryeong menangis.
"Hay" sapa Chaeryeong pada Chenle.
"Annyeong haseyo Noona" ujar Chenle sopan.
"Panggil aku Young, seperti mama karena kita juga seumuran" ujar Chaeryeong.
"Kita seperti anak kembar noo...Youngie" jawab Chenle.
"Kita memang kembar, benarkan mama" jawab Chaeryeong seraya menatap pada Haechan yang mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry
FanfictionMenyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal. Karena tidak cukup sekedar nyawanya, namun nyawa berharga lain juga harus ia korbankan.