Bab 5: Seorang Korban

48 7 0
                                    

Aku kembali ke istana Callum tepat sebelum waktu makan malam. Mandi dengan cepat, aku mengganti pakaianku dengan gaun lengan panjang dan kerah tinggi yang lainnya. Lalu, memakai sarung tanganku. Keluar dari kamarku, aku menuruni tangga dan pergi ke bagian lain istana. Tepat ke sisi utaranya. Aku menelusuri pilar-pilar marmer hitam disekelilingku, lalu berbelok di ujungnya dan membuka sebuah pintu ganda kayu gelap dengan kedua tanganku.

Didalamnya ada sebuah meja panjang dikelilingi kursi-kursi yang mampu menampung lebih dari satu lusin prajurit. Kepala mejanya telah terisi, Callum duduk sambil mengunyah daging dari piringnya. Sementara Aeron duduk di sisi kanannya. Hanya ada mereka berdua. Ruangannya berwarna abu-abu gelap dan mengkilat. Lantainya terbuat obsidian hitam yang jernih. Bahkan sensasi dinginnya merembes melalui selop yang aku pakai.

Berjalan ke arah meja makan. Aku mengambil tempat duduk di sisi kiri Callum. Mengambil piring untuk diriku sendiri, dan menyendok beberapa tumisan sayur hijau serta roti yang telah tersaji di atas permukaan meja. 

Callum dan Aeron berhenti mengunyah. Mereka mengawasi berdua aku. 

Callum lah yang pertama kali berbicara. "Kamu sudah kembali?" Tanyanya dengan suara terkejut yang dibuat-buat. 

"Tidak ada yang bisa kulakukan." Mengangkat sendoknya, aku mulai mengunyah makan malamku. Setelah menelannya, aku berbicara lagi. "Apakah para Fae masih mendapatkan diskriminasi di Kerajaanmu?"

Callum tersedak. "Tentu saja, tidak." Sergahnya. "Katakan padaku, siapa yang melakukannya. Aku akan memastikan dia dihukum berat. Itu sama saja seperti menghinaku."

Karena Callum masih setengah Fae.

Mengigit rotiku, aku membalas perkatannya. "Mungkin kamu harus memeriksa beberapa penduduk kota ini. Eclat memberitahuku, beberapa penduduknya yang pindah ke ibukota mengalami diskriminasi."

Callum mengangguk. "Baiklah, aku akan memulai penyelidikan, mulai besok."

"Apakah kamu menemukan sesuatu tentang Cahir?"

Wajahnya masam. "Kamu baru memintaku beberapa jam yang lalu, Elle." Ucapnya sambil menggerutu dan mengunyah makanannya. "Informasi juga membutuhkan waktu."

"Eclat mengatakan padaku bahwa Renfal dan Cahir bekerjasama. Mereka berdua yang menyebar kebusukan di wilayah Dewn."

Callum langsung memucat. Dia segera menelan makanannya dan langsung berdiri dari kursinya. "Lanjutkan makan malam kalian, aku harus pergi."

Aku nyengir lebar ke arahnya. "Selamat bekerja, Callum." Lalu, menyedok lagi sayuran yang ada di piringku. Suara pintu tertutup, terdengar di belakangku. Aeron mendongak ke arahku. "Setidaknya, biarkan dia istirahat sebentar. Dia benar-benar butuh makanan."

"Kamu terdengar seperti ibunya."

Aeron memutar kedua bola matanya dengan malas. "Dan kamu terdengar seperti seorang ayah yang memaksa anaknya."

Aku berdecak keras ke arahnya. "Terserah." Mengambil air dari teko terdekat, aku menuangkannya ke gelasku. Kenapa bukan jus jeruk?  Dengan enggan, aku meminumnya hingga habis. "Jadi, apa kamu sudah mengambil dokumennya dari tasku?"

Aeron mengangguk sambil mengunyah makanannya. "Aku sudah menugaskan beberapa orangku melacaknya. Paling cepat, mereka akan menemukannya dalam waktu seminggu."

"Tidak bisa lebih cepat lagi?"

Yah, walaupun tidak ada tenggat waktu. Tapi, aku ingin segera menyelesaikan pekerjaan sampinganku agar aku bisa fokus dengan permasalahan Renfal dan Cahir.

Aeron terlihat kesal. "Kenapa kamu tidak mencarinya sendiri? Lagipula, bukankah kamu juga dibayar?" Dia mengerutu.

"Separuhnya untukmu. Jika kamu bisa menemukannya kurang dari seminggu." Aku menawarkan. "Lagipula, aku berniat membantumu dan Callum. Jika kamu tidak membutuhkan bantuanku. Aku akan mulai berkemas dan mencari sendiri pelayan itu."

The Darkest Moon (Moon Series #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang