"Kenapa kamu menyebutnya hantu?" Aku bertanya penasaran pada Wren.
Dia bahkan tidak mendongak dari perkamen-perkamennya yang berserakan di atas mejanya. "Karena tidak ada seorangpun yang pernah melihatnya." Ucapnya dengan bibir mengkerut. Tangannya masih menulis di atas perkamen yang ada di permukaan meja kerjanya. "Aku pernah bertanya pada salah satu menteri Kerajaan Aeolus. Dia hanya mengatakan, bahwa Tuan Putri Kerajaan mereka lebih suka berada di luar istana dan menjelajah. Dia tidak pernah datang ke pesta Kerajaan manapun. Atau bergaul dengan bangsawan dan menteri Kerajaan manapun."
"Hanya itu?"
Akhirnya, Wren mendongak dari perkamennya. Penanya berhenti menulis. "Kenapa kamu penasaran dengannya?"
Jangan sampai dia mencurigai aku.
Aku mengangkat bahuku seperti aku tidak pernah peduli. "Hanya penasaran."
Wren terlihat berpikir. "Walaupun aliansinya memang menguntungkan. Tapi, aku tetap tidak akan membiarkan sepupuku menikahi seorang hantu."
Aku memberikannya sebuah seringan ular yang lebar padanya. "Kalau begitu, Jangan." Setelahnya, aku kembali menekuni sebuah petisi yang baru saja dikirim pagi ini. Petisinya berasal dari wilayah Tuan Dusen. Didalamnya, tertulis sebuah penjarahan yang baru saja terjadi di sebuah desa kecil. Mereka mengirimkan petisi karena merasa tidak puas, karena Dunsen hanya memerintahkan mengusir para penjarah.
Bangkit dari sofa, aku menyodorkannya pada Wren. "Mungkinkah ini adalah permasalahan yang membuat prajurit itu menerobos pertemuan pagi ini?"
Wren mengambilnya dan membacanya dengan cepat. "Mungkin saja," Dia bergumam lebih pada dirinya sendiri. "Tapi, bisa saja permasalahan lain. Kami tidak hanya menghadapi masalah penjarahan saja, Elle."
Pandangannya kembali ke perkamen-perkamen yang memenuhi permukaan mejanya. Menarik salah satunya, kemudian menyodorkannya padaku. Aku membacanya dengn dia memulai bercerita. "Kami menemukan sebuah wilayah yang telah tercemar kebusukan di sekitar sarang Runespoor yang membunuh sepupuku Ronan. Sayangnya, kami tidak tahu banyak tentang kegelapan dan kebusukan. Karena, catatan buku kami sama sekali tidak ada yang benar tentang Fae."
Dia menambahkan. "Mungkin hanya pada bagian mereka bisa menghubungi orang-orang mati, membuat kegelapan dan menggunakannya untuk mencemari mahkluk hidup lainnya dengan kebusukan."
Dia menghela napas putus asa. "Sepupuku juga tidak terlalu memahami tentang kegelapan ataupun kebusukan. Jadi, kami berusaha mengisolasi wilayah itu, menjaga agar siapapun tidak pernah mendekatinya."
Sepertinya, Cahir dan Renfal berusaha menjatuhkan Kerajaan Aeolus dan Ardere dengan menggunakan kebusukan. Sebuah wilayah atau mahkluk hidup yang telah tercemar kebusukan tidak akan bisa disembuhkan, kecuali mereka diserap oleh seseorang yang mampu mengendalikannya.
Selama ini, hanya aku sendiri yang bisa mengendalikannya.
Sayangnya, tubuhku telah mencapai batasnya.
Aku bahkan tidak bisa menyerap kebusukan yang telah mencemari salah satu wilayah Kerajaan Callum. Sekarang, salah satu wilayah Kerajaan Ardere juga telah tercemar. Aku mengingatkan diriku untuk segera menemukan keterlibatan kebusukan dengan Cahir.
"Apa kamu mencurigai seseorang?"
Dia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Mendongak ke arah langit-langit, seperti sedang berpikir dengan keras.
"Bagaimana dengan seseorang yang mendekati garis keturunan tahta?"
Dia langsung bangkit dari sandaran kursinya. "Itu berarti, kamu mencurigai aku." Gerutunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkest Moon (Moon Series #3)
FantasíaSemuanya berawal dari keserakahan. Menciptakan sebuah kegelapan yang mencemari apapun yang ditinggalkannya. Bahkan kegelapan itu telah mengerogoti tubuhku secara perlahan-lahan, membusukkan tubuhku dari dalam. Tidak banyak waktu yang terisa untukku...