Bab 7: Seorang Pengawal

53 8 0
                                    

Menemukan rumah Vad dan pasangannya ternyata cukup mudah. Aku hanya perlu berjalan lurus dari penginapanku dan bergerak ke arah ujung jalan. Berhenti tepat di sebuah rumah sederhana yang terbuat dari batuan marmer putih dengan atap lengkung yang berwarna merah.

Seorang wanita dengan wajah ramah dan senyuman lembut menyambutku. Dia memakai gaun tanpa lengan dengan kain yang terlihat ringan melilit tubuhnya. "Kamu pasti Elle." Dia mengulurkan tangan padaku.

Aku menerimanya sambil memasuki halamannya yang penuh dengan tanaman bunga dan obat-obatan. "Senang bertemu denganmu."

"Panggil aku, Enisle." Dia berkata hangat. "Ayo, masuklah. Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu." Dia berbalik sambil membimbingku masuk kedalam rumahnya.

Ruang tamunya ditata dengan sederhana dan indah. Perabotannya, sebagian besar bernuansa merah dan emas. Ada beberapa lilin kecil yang menyala  dengan api oranye di tiap sudut ruangan. Dia membimbingku melintasi ruang tamunya dan langsung mengarah ke ruang makan. Vad telah duduk di salah satu kursinya. Hanya ada empat kursi yang mengelilingi meja makan.

Aku mengambil tempat duduk diseberang Vad. Sementara Enisle duduk disamping suaminya. Seperti teringat sesuatu, Vad berdiri dan mulai memadamkan lilin-lilin kecil yang menyala di sekitar kami. Lalu, menghilang sebentar ke ruang tamu.

Ketika Vad kembali dia berdeham sambil duduk kembali ke kursinya. "Demi keamanan kita semua." Dia bergumam.

Aku melemparkan pandangan bingung padanya.

"Apakah kamu melewatkan insiden semalam?" Vad bertanya padaku.

"Aku melihatnya."

"Sekarang, kamu tahu keunggulan Raja Elf Pembakar. Mereka bisa berteleportasi melalui api. Itulah kenapa banyak sekali perapian yang dibangun pada beberapa tembok bangunan tinggi. Agar memudahkan dia melacak para penghianat atau penjahat yang kabur dari penjaranya."

Aku mengernyit ngeri. "Apakah dia bisa mendengarkan pembicaraan setiap rakyatnya melalui api?" Tanyaku sambil melirik lilin-lilin yang telah padam.

"Rumornya." Vad bergumam. "Tapi, lebih baik kita tidak mengambil resiko." Ucapnya sambil mulai mengambil makanan yang ada dihadapannya.

Enisle melakukan hal yang sama dengan suaminya.

Aku mengikuti mereka dan mengambil beberapa sayuran ke atas piringku. "Dia benar-benar membakarnya."

Vad mengangkat bahunya dengan ringan. "Dia selalu melakukannya. Semenjak naik tahta mengantikan kembarannya."

"Sepertinya, dia senang membantai dan membunuh di hadapan rakyatnya." Walaupun itu adalah langkah ekstrim. Tapi, aku harus memujinya. Karena dia memiliki keberanian menjadi seorang Raja yang ditakuti.

Kali ini, Enisle mulai berbicara. "Beberapa orang memujinya. Tapi, yang lainnya menganggapnya seorang tiran. Setidaknya Kerajaan ini mulai kembali stabil dengan Raja yang baru. Walaupun aku mendengar dia masih kuwalahan menghadapi menteri-menterinya. Kurasa, dia melakukan pembantaian itu bertujuan untuk menakut-nakuti keempat menterinya."

Vad menambahkan. "Tapi, sayangnya itu tidak sepenuhnya berhasil. Malahan, Cahir semakin terang-terangan mengkritik pemerintahannya."

Aku mengunyah makananku sambil mendengarkan perkataan mereka. Setelah menelan makananku, aku berkata. "Jadi, kembaran Ronan sama sekali tidak tahu caranya memerintah?"

Vad mengangguk. "Semenjak Raja Ronan naik tahta, kembarannya selalu berada di dunia manusia. Dia baru kembali, saat mendapat berita kematian kembarannya." Dia berkedip cepat sambil menggelengkan kepalanya. "Situasinya benar-benar kacau. Saat sang Raja baru kembali, dia hampir membakar seisi istanannya sendiri karena terlalu marah mendapat kabar bahwa tidak ada bagian tubuh yang tersisa dari kembarannya. Dia hampir menggila."

The Darkest Moon (Moon Series #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang