Bab 33: Jebakan

113 18 4
                                    

Mata-mata Alor adalah sepupunya sendiri. 

Dia hampir mirip dengannya, hanya saja sepupunya memiliki warna rambut cokelat gelap dengan warna mata yang berwarna kuning seperti seekor elang. Aku akui, dia memang memiliki tatapan yang sangat tajam dan raut wajah yang mencerminkan kewaspadaan tingkat tinggi. 

Saat Alor mengenalkannya pada kami. Dia juga tidak banyak berbicara. Selama dia membimbing kami melintasi lorong-lorong dengan pilar yang dililit kain bernuansa hijau istana Kerajaan Caladriel, dia sama sekali tidak berbicara. 

Jendela-jendela tinggi yang mengelilingi kami memantulkan pemandangan luarnya yang dipenuhi dengan tanaman dengan atap-atap bangunannya yang menyembul dari beberapa batang pohon besar. Setiap pohonnya dihubungkan oleh jembatan gantung dengan railing yang terbuat dari sulur pohon yang gemuk.

Sepupu Alor—Rydell— dia berjalan memimpin kami, sementara Alor dibelakangnya denganku. Sementara Roan, tentu saja dia berjalan dibelakangku. Dia sepertinya mogok bicara padaku.

Alor terlihat terhibur sebenarnya. Dia terlihat sangat ingin mengetahui alasannya. Berhubung sepupunya datang dan Roan benar-benar tidak sabar untuk mengikutinya. Akhirnya, kami langsung pergi. 

Kami melewati beberapa pelayan mengenakan pakaian bernuansa warna hijau. Mereka berhenti dari segala aktifitas mereka dan memberikan bungkukan hormat pada rombongan kami yang tengah lewat. Aku melangkah kesamping Alor, "Dimana pasanganmu?" Aku bertanya.

Dia menghembuskan napas lelah. "Kami bertengkar." Pandangannya melirik ke belakang kami sekilas. "Kalian juga bertengkar." Bukan sebuah pertanyaan. "Baru beberapa jam lalu, dia menerobos dari perapian ruang kerjaku. Aku belum pernah melihat dia bersemangat seperti itu, sejak dia berhasil dengan bisnisnya di alam manusia. Dan aku tidak pernah melihatnya benar-benar tersenyum sejak kepergian saudara—"

"Aku bisa mendengarmu, Alor." Roan menyela dari belakang kami dengan memperingatkan. Alor tidak menggubrisnya, dia melanjutkan. "Apapun yang kamu lakukan padanya. Kumohon, bersabar saja. Dia memang gampang emosi."

Aku tertawa mendengarnya.

Sebelumnya, aku dan Alor tidak akur. Tapi sekarang, sepertinya dia tidak lagi memusuhiku.

Aku ingin sekali berkata padanya, bahwa Roan tidak bersalah. Justru akulah yang membuatnya marah. Tapi, aku tidak bisa mengakuinya sekarang. Apalagi ketika Roan bisa mendengarnya. "Terima kasih sarannya, Alor."

Dia mengangguk santai.

Aku mendengar gerutuan pelan dari belakangku.

Akhirnya, kami keluar dari lorong istana utama Kerajaan Caladriel dan melangkah ke arah sebuah halaman luas yang dipenuhi oleh tumbuhan dan tanaman hijau. Dari bau dan bentuknya yang beraneka ragam. Aku bertaruh, ini semua pasti tanaman obat.

Aku tidak terlalu mengerti tentang tanaman obat. Kecuali beberapa tanaman atau ramuan mematikan yang pernah diajarkan Edna padaku. Tiba-tiba aku teringat dengan pasangan Lorry yang diracun oleh ramuan buatan Cressida. Beruntung sekali Jasper memiliki kekebalan yang tinggi.

Jika dia tidak memilikinya. Aku ngeri membayangkannya.

Bayangan raut Edna yang puas dan kejam saat aku membawa kepala Cressida padanya, masih menganggu pikiranku. Dia menerima kepala Cressida dariku dan langsung membakarnya kedalam perapian pondoknya, lalu dia memandangnya. Hingga kepalanya terbakar menjadi abu yang tidak bersisa.

Rydell mengarahkan kami kesamping dan berjalan ke arah halaman dengan padang rumput hijau menghampar dihadapan kami. Banyak sekali rusa berbadan besar— dua kali ukuran rusa biasa—dengan tanduk tinggi dan lebar, seperti cabang pohon yang tumbuh bercabang tepat dari kedua sisi kepalanya.

The Darkest Moon (Moon Series #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang