Bab 10: Permasalahan yang Sama

38 10 0
                                    

Paginya, beberapa pelayan memenuhi kamar tidurku. Mereka mengantarkan beberapa tunik, mantel, celana panjang, dan juga sarung tangan kulit yang baru untukku. Mereka memasukkan semua pakaiannya kedalam lemariku, serta merapikan beberapa pakaian milikku yang sebelumnya telah mengisi kurang dariseparuh lemariku. Sebagian besar pakaiannya berwarna terang, seperti oranye, merah, biru muda, dan emas.

Wren benar-benar memperhatikan pakaianku. 

Aku memperingatkannya, jika dia ingin memberikan aku pakaian yang lebih layak, sebaiknya pakaiannya berlengan panjang dan berkerah tinggi.

Salah satu pelayan wanita itu mendatangiku, dia memberiku sebuah mantel berwarna biru dengan bordiran emas yang melingkar seperti sulur tumbuhan di sepanjang pinggiran kerahnya. Aku menerimanya. Berbalik dan masuk kedalam kamar mandi. Aku melepaskan tunikku dan memakainnya. Mantelnya melekat dengan sempurna pada tubuhku, menutup hingga lututku. Bagian belakangnya menjuntai lebih panjang hingga kakiku, seperti ekor gaun. Celana hitam kulit yang sebelumnya telah aku pakai sangat serasi dengan mantel ini. Aku menata rambutku menjadi sebuah kepangan dan menyelipkannya menjadi sebuah sanggul rendah. Keluar dari kamar mandi, aku menemukan para pelayan itu sudah menghilang. 

Keluar dari kamarku, aku bergegas naik ke lantai atas dan mengetuk ruang kerja Wren.

"Masuk." Suara Wren terdengar dari dalam.

Aku membuka pintunya dan segera melangkah kedalam. Aku menemukan  Wren sedang membelakangi aku, berdiri didepan meja kerjanya. Saat dia berbalik, dia telah membawa sebuah pedang panjang yang masih tersarung, lengkap dengan pengikatnya. Dia melangkah kehadapanku. "Ini untukmu. Sekarang kamu adalah pengawalku."

Aku menerima pemberian Wren. Menarik pedangnya keluar dari sarungnya. Ganggangnya terbuat dari emas dengan bilah campuran perak dan emas yang mengkilat. Menyarungkannya kembali, aku mengikatkan pedang itu ke pinggangku.

Dilihat dari pakaian formal yang dia pakai hari ini. Sepertinya, kami akan menghadiri sebuah pertemuan besar. "Kemana kita akan pergi?"

"Kita akan menghadiri pertemuan dengan para menteri. Kamu akan berdiri disampingku." Ucapnya sambil melewatiku. "Kita harus bergegas, Roan pasti akan mulai berceramah padaku. Jika aku datang terlambat."

***

Aula pertemuan mereka memanjang dan terbuka. Sama sekali tidak ada tembok sebagai pembatas, hanya ada pilar-pilar marmer putih dengan campuran warna emas yang menyangga seluruh aula ini. Tebing tinggi disekitarnya dihiasi air terjun yang mengalir, hingga membuat beberapa kilasan pelangi dari beberapa sudut.

Aku akui, tempat ini memang indah.

Sebuah tahta yang paling mencolok dan megah dengan ornamen-ornamen batuan kristal oranye yang dipahat di sekelilingnya terletak pada ujung tengah ruangan ini. Tahta itu lebih tinggi dari beberapa tahta kecil yang berada didepannya. Ada lima anak tangga yang terbuat dari marmer putih mengkilat yang menghubungkan ke atas mimbar tahta utama. 

Sudah ada beberapa orang yang telah tiba di tempat ini. Mereka telah mengisi tahta yang lebih kecil. Hanya ada satu tahta kecil yang kosong, letaknya ada di sisi kanan, tepat setelah anak tangga terakhir tahta utama.

Langkah kakiku diredam oleh karpet merah dengan sulaman benang berwarna emas. Wren berjalan didepanku, dia memakai sebuah rompi berwarna biru dengan gradasi emas yang berbentuk V pada lehernya. Tunik putih yang ada didalamnya dihiasi dengan motif sulur matahari berwarna oranya. Dia berjalan dengan menjaga kepala dan pandangannya tetap lurus.

Ketika kami sampai beberapa langkah pada keempat orang yang telah duduk di atas tahta kecil mereka dengan orang kedua mereka yang menemani mereka tepat di samping mereka, Wren memberikan bungkukan cepat. "Selamat pagi, Tuan-tuan. Kuharap kalian menyampaikan berita baik hari ini."

The Darkest Moon (Moon Series #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang