Bab 15: Sebuah Cerita

35 9 0
                                    

Neera tertidur saat kami berkuda, dengan menyandarkan punggungnya pada tubuhku. Aku harus berhati-hati dalam bergerak. Berusaha memegangi tubuhnya selembut mungkin. Karena, aku tidak ingin membangunkannya.

Dia benar-benar tertidur pulas, hingga dia tidak bisa menahan kepalanya sendiri tetap tegak. Jadi, aku memeganginya dengan kedua tanganku. Beruntungnya, Lirael tidak perlu diarahkan. Dia selalu mengikuti pasangannya yang berjalan didepannya.

Sementara Fasta duduk bersama Sang Raja di atas punggung Narcissus, dia menjadi pemandu jalan kami. Sesekali, aku mendengar mereka berdua berbicara. Aku tidak mendengar nada suara Raja yang biasanya menggerutu atau kesal. Dia benar-benar berbicara dengan suara lembut dan rendah pada Fasta.

Kami berkuda selama hampir setengah jam, hingga tiba di sebuah mulut goa yang terlihat terang. Beberapa kepala anak kecil, mengintip dari kedalaman goa. Mereka terlihat ketakutan dengan kehadiran kami.

Fasta berteriak ke arah mereka. "Jangan takut! Mereka datang untuk menolong."

Sang Raja turun dari kudanya, lalu membantu Fasta turun dengan menggendongnya. Fasta segera berlari kedalam gua, menyusul teman-temannya. 

Aku terlalu bingung untuk turun, jika aku bergerak sedikit. Maka, Neera akan terbangun dan aku tidak tega untuk membangunkannya. Sang Raja berbalik ke arahku, dia berjalan mendekatiku. Tanpa berkata, dia mengulurkan kedua tangannya dan menggendong Neera turun. Dia meletakkan Neera dengan perlahan ke bahunya. Berusaha agar tidak membangunkannya. Dia langsung berbalik dan meninggalkanku dengan memasuki gua.

Aku turun dan mengikutinya dari belakang. Tetap menjaga jarak darinya.

Gua yang aku masuki tidak sepenuhnya berbeda dari sebelumnya. Perbedaannya hanyalah kali ini gua itu telah diterangi oleh beberapa obor di tiap sudutnya. Didalam aula gua itu, sudah ada sekitar dua puluh anak kecil. Mereka semua terlihat setengah ragu dan takut saat melihat kedatangan kami. Tidak ada tenda, selimut, ataupun peralatan yang memadai. Mereka tinggal diantara batu-batu dan tanah goa ini sebagai alas.

Pakaian mereka hampir sama dengan Neera dan Fasta. Kumal dan kusam. Bahkan, aku yakin mereka benar-benar perlu mandi. "Apakah kalian sudah makan?"

Semua anak-anak itu menggeleng serempak, mereka menatapku dengan pandangan yang memohon. Sayangnya, apelku sudah habis dan aku tidak punya makanan apapun untuk ditawarkan pada mereka semua.

Sang Raja menoleh ke arahku, dia tampak ragu-ragu untuk berkata. 

"Katakan."

Dia berkedip beberapa kali, sebelum akhirnya memutuskan untuk berbicara. "Aku bisa kembali dengan cepat ke kediaman Dusan. Lalu, meminta beberapa pasukannya untuk memindahkan anak-anak ini." Pandangannya beralih kembali ke anak-anak itu. "Mereka membutuhkan makanan dan pakaian layak."  

Aku mengangguk. "Mereka akan baik-baik saja bersamaku."

Sang Raja berbalik pada anak-anak kecil yang berada dihadapannya. "Bisakah kalian membantuku membuat sebuah api unggun yang besar?"

***

Dua jam kemudian, Sang Raja kembali. Dia berjalan keluar dari api unggun yang sebelumnya dia buat bersama para anak-anak kecil lainnya. Dia kembali membawa dua tas perbekalan besar yang dia gantungkan pada kedua bahunya.

Ketika Sang Raja berlutut sambil membuka tas perbekalannya, semua anak-anak disekelilingku mengerumuninnya. Dia membagikan pakaian dan selimut baru untuk anak-anak. Lalu, dia mulai membuka tas keduanya yang dipenuhi dengan perbekalan makanan yang hangat. Dia juga mengeluarkan persediaan minuman untuk semua anak-anak disini. Suasana di sekitarku seketika berubah, sudah tidak ada lagi keraguan pada mereka. Hanya ada suara kunyahan dan gumaman penuh syukur disekitarku.

The Darkest Moon (Moon Series #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang