Tubuhku benar-benar melebihi batasnya.
Aku hanya bisa memindahkan kami beberapa meter dari area pertempuran. Aku tersandung kakiku sendiri dan roboh. Sementara Renfal berjalan dengan santai dan mengambil beberapa langkah dariku.
Aku terjatuh, berbaling terkelungkup. Kedua pedangku terjatuh dengan bunyi nyaring disisiku. Tubuhku gemetaran. Perasaan dingin yang mengigit telah menggerogoti seisi tubuhku, seperti bongkahan es yang berusaha membekukan aku dari dalam. Napasku tidak beraturan.
Isi perutku naik, dan aku memuntahkan darah hitam yang berbau busuk dan anyir di atas rumput.
Renfal tertawa. "Sepertinya, aku hanya perlu menunggu." Gumamnya terhibur. "Kalau begitu? Bagaimana dengan sebuah informasi? Aku yakin kamu tidak akan hidup setelah ini." Kedua tangannya bertumpu dibalik punggungnya. "Jika saja kamu tadi tidak menghalangiku membunuh Raja Elf Pembakar itu, aku telah berhasil menyingkirkan halangan terbesarku. Tahukah kamu? Bahwa ayahmu sebelumnya telah dikalahkan oleh ayah si kembar itu. Kami didesak mundur dengan apinya yang sangat panas. Hingga aku harus memulai penelitian tentang mereka." Bibirnya tertarik menjadi sebuah garis. "Para Raja Elf pembakar benar-benar kutukan bagi kekuatan kegelapan, bahkan setelah aku berhasil menyempurnakannya. Api mereka sungguh berbeda. Jadi, aku mengambil pilihan untuk mulai membasmi keturunan mereka."
Jika begitu, maka Renfal yang bertanggung jawab atas kematian Ronan.
Renfal melanjutkan. "Saat Raja Ronan membakar dirinya menjadi abu, dia juga membuat monster itu mati bersamannya, tanpa meninggalkan jejak-jejak kebusukan sama sekali." Dia terlihat berpikir sambil mengistirahatkan satu tangannya dibawah dagunya. "Dan aku sempat berpikir, apa yang terjadi jika aku menggabungkan darah mereka dengan kegelapan ciptaanku. Tapi, sayangnya Cahir tidak bisa mendapatkan darahnya untukku." Ucapnya terdengar kecewa.
Walaupun Renfal seorang menteri yang penuh dengan trik licik. Tapi, dia masih tetap seorang ahli ramuan dan seorang yang suka bereksperimen dengan hal magis. Hal-hal seperti itu selalu menggugah minatnya.
Sayangnya, dia bukanlah seorang prajurit dan pejuang yang gigih.
Berusaha bangkit, aku menarik napas dalam-dalam dan menahan perasaan dingin yang merayap melingkupi satu sisi wajahku. Aku hanya mampu berlutut. Bagian tubuh kananku telah mati. Aku tidak bisa merasakan apapun, bahkan satu mataku telah tertutup.
Aku mendongak dan memandang Renfal yang menatapku dengan pandangan miring. Dia memamerkan senyuman puasnya. "Kebusukan itu telah menggerogoti bagian kanan tubuhmu. Dan aku yakin itu tidak akan berhenti, hingga melahapmu secara utuh." Dia berjalan selangkah ke arahku dan menarik sebuah pedang dengan bilah hitam dari balik punggungnya. "Aku tidak akan memberimu kematian yang cepat, Ratu."
Renfal menghunuskan pedangnya ke arahku, "Aku akan membunuhmu, persis seperti yang kamu lakukan pada putraku." Mendekat, dia mengayunkan pedangnya tepat di atas kepalaku.
Aku tidak akan berhenti hingga Renfal mati.
Meraih satu pedangku, aku mengangkatnya dengan tangan kiriku. Menghalau pedangnya. Dentingan nyaring terdengar melengking. Aku berdiri dengan menyeret kaki kananku. Tubuhku tidak seimbang, aku hampir saja terjatuh miring. Tapi, aku berhasil menahannya dengan pedangku.
Perasaan dingin itu telah mencapai ujung pengelihatanku yang masih berfungsi.
Renfal tertawa histeris. "Astaga, kamu sungguh merepotkan." Berikutnya, dia mulai menghunuskan pedangnya lurus tepat ke tubuhku.
Aku membiarkannya menyerangku, menusuk tepat dibawah rusuk kananku. Bilah itu menembus hingga punggungku. Ujung batang silang pedangnya tertancap tepat di atas kulitku. Darah hitam mulai mengalir dari sudut-sudut mulutku. Wajahnya terlihat cerah, seperti bangga dengan dirinya sendiri. Jarak kami hanya sejengkal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkest Moon (Moon Series #3)
FantasiSemuanya berawal dari keserakahan. Menciptakan sebuah kegelapan yang mencemari apapun yang ditinggalkannya. Bahkan kegelapan itu telah mengerogoti tubuhku secara perlahan-lahan, membusukkan tubuhku dari dalam. Tidak banyak waktu yang terisa untukku...