Setelah membersihkan sisa-sisa prosesi pemanggilan arwah. Aku mulai mengepak beberapa barangku. Membawa beberapa pakaian dan sarung tangan. Memakai kembali kalungku. Kristal hematite nya memberikan sensani dingin pada kulit dadaku. Aku meraih ponselku dan mematikannya, awalnya aku berniat meninggalkannya. Tapi, mungkin aku akan membutuhkannya. Jadi, aku memasukannya kedalam tas perbekalanku. Memastikan semua bawaanku telah lengkap, aku menyampirkan tali tasnya ke bahuku dan keluar dari kamar tidurku.
Aeron sedang memakan beberapa makanan kaleng di atas meja konter. Dia memakannya langsung dari kalengnya. Dilihat dari ekspresinya, dia terlihat sangat menyukainya. "Bawa saja sisanya, aku akan membeli lagi." Ucapku sambil berjalan ke arah balkon dan menutup pintunya.
"Benarkah?" Tanyanya terkejut sekaligus antusias.
"Cepatlah."
Aeron memasukan kalengku kedalam tas belanjaan yang dia temukan di laci meja konter. Dia benar-benar berusaha mengosongkan lemariku.
Lagipula, aku merasa seperti akan pergi cukup lama. Jadi, sekalian saja mengosongkan lemari dapurku.
Sambil menunggu Aeron mengepak makanan kaleng. Aku menulis surat di atas meja konter. Ini adalah surat pengunduran diriku dari pekerjaan toko buku. Beruntungnya, rumah pemiliknya ada di seberang jalan ini. Jadi, aku hanya perlu memastikan surat ini masuk kedalam kotak suratnya.
***
Langit di atas kami mulai terang. Aku bisa melihat semburat merah yang mulai naik dari ujung timur lautan. Ombak yang besar, menggulung di hadapan kami. Aku melihat sekeliling kami. Beruntungnya, pantai ini masih sepi.
Aeron berdiri disampingku. Dia mengucapkan mantra pemanggilan. Lalu, melepaskan kabut dari sela-sela jarinya yang terangkat di udara. Tidak lama kemudian. Aku mendengar beberapa kepakan sayap berat mendekat ke arah kami berdua.
Dari atas langit yang setengah gelap, aku melihat siluet sayap yang panjang. Siluet itu semakin mendekat. Berikutnya, dua ekor Griffin datang dan mendarat di bibir pantai.
Mereka adalah mahkluk dari kepala, sayap dan kaki depan mirip dengan elang. Sedangkan tubuh bagian belakangnya menyerupai seekor singa. Griffin memiliki ekor seperti singa. Tapi, di ujung ekornya. Tidak ada rambut seperti ekor singa. Melainkan hanya beberapa helaian bulu.
Mereka turun dengan mulus di bibir pantai. Seekor Griffin yang berbulu hitam mengkilat langsung berlari ke arahku. Dia sambil memekik dengan nyaring. Kepalanya yang besar mengusap wajahku dengan lembut.
*Pict hanya ilustrasi
"Aku juga merindukanmu, Phobos."
Sebagai jawaban dia menarik kepalanya dan memekik dengan bersemangat. Warna matanya yang merah dengan pupil berwarna hitam berkilauan dengan antusias. Dia menundukkan dua kaki depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkest Moon (Moon Series #3)
FantastikSemuanya berawal dari keserakahan. Menciptakan sebuah kegelapan yang mencemari apapun yang ditinggalkannya. Bahkan kegelapan itu telah mengerogoti tubuhku secara perlahan-lahan, membusukkan tubuhku dari dalam. Tidak banyak waktu yang terisa untukku...