MONARCH | 60

857 89 58
                                    

haloww jangan lupa follow, vote dan komen ya biar kalian ga ketinggalan cerita ku dan buat nata semangat buat update....

okeyy kita masuk ke cerita Alldari dan Alice.

happy reading...

⚠️🔞⚠️

di harap bijak dalam membaca part ini, karena ada adegan kekerasan dan pelecehan.



.....




Alice baru saja membuka matanya, mengumpulkan nyawanya yang masih setengah sadar dari mimpi, dia menatap ke arah langit langit kamar tersebut, kemudian mengingat kejadian semalam yang membuatnya trauma bertemu Alldari. Perlahan air mata itu kembali keluar membasahi pipinya yang cantik, membayangkan betapa sadis Alldari malam itu, menggoreskan kulit bersihnya dengan tinta permanen.

gadis itu menyamping menghadap cermin besar yang memperlihatkan tubuh kecil miliknya di dalam selimut, Alice melihat wajahnya yang pucat dan sedikit bengkak pada area matanya menandakan mata indah itu yang terus mengeluarkan kesedihan menatap baju yang dia gunakan menebak kepala pelayan yang membantunya Alice belum mengetahui nama beliau, Alice hanya diam menatap cermin itu dengan tatapan kosong, memikirkan bagaimana nasibnya ke depan, apa dia akan tetap terjebak dengan Alldari seperti ini, Di satu sisi dia memikirkan lebih baik untuk mati dari pada hidup di dalam sangkar buatan cowok gila itu.

Terdengar ketukan pintu, Alice langsung menarik selimutnya ke atas menebak Alldari yang datang, tapi saat pintu itu terbuka ternyata Emma yang masuk sambil tersenyum ramah membawa serapan untuknya.

"selamat pagi nona". ujar Emma dengan sopan dan ramah.

Alice tidak menjawab hanya diam menatap Emma, tetap menarik selimut tebal itu menutupi tubuhnya walau Emma sudah tau.

"saya membawakan serapan untuk anda". Emma meletakkan nampan berisi makanan itu di atas nakas.

"ada yang anda butuhkan nona?". tanya Emma lembut, Alice hanya menggeleng kepalanya pelan tidak mau menatap ke arah Emma.

"jangan khawatir nona, saya akan membantu anda, Tuan Avalon sedang berada di luar". jawab Emma seperti tau apa yang di takutkan oleh Alice, membuat gadis berusia delapan belas tahun itu langsung menatap ke arah Emma.

"b-benarkah?". ujar Alice pelan dengan suara serak.

"anda membutuhkan sesuatu?". tanya Emma masih tetap berdiri.

"tolong bantu aku untuk pergi". ujar Alice menatap berharap ke arah Emma. wanita parubaya itu diam sebentar kemudian menjawabnya.

"maaf nona, saya tidak bisa melakukannya". tolak Emma tidak enak, walau sebenarnya dia ingin menolong hanya saja perintah dari Alldari lebih penting dan menakutkan.

"ku mohon tolong aku, aku harus pergi dari sini". Alice menyingkir dari tempatnya kemudian bergerak ke arah Emma langsung menggenggam tangan wanita itu dengan erat.

"tolong aku". ujar Alice dengan wajah pucatnya memohon pertolongan dari Emma.

"maafkan saya nona". Emma menunduk.

Alice kembali menjatuhkan air matanya, membayangkan dia yang terjebak di mansion ini, serta saat kedatangan Alldari nanti membuatnya ketakutan dan trauma. Emma yang melihat itu merasa sangat kasihan dan mengelus tangan Alice dengan pelan.

"saya tau ini sangat berat untuk anda, tapi percayalah semua akan aman jika anda patuh pada tuan Avalon nona". ujar Emma lembut.

"tidak, d-dia bukan manusia, dia monster". Alice menggelengkan kepalanya takut dan merasa merinding hanya membayangkan wajah cowok itu.

MONARCH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang