6

345 27 6
                                    


Rachel terdiam menatap mereka berempat. Rachel langsung memundurkan badan nya. Ia menatap sekeliling beberapa pemain timnas tertawa memandang kelakuan mereka berempat. Rachel membuang nafasnya kasar dan menatap mereka kembali.

"ra kita duduk sini ya"

Justin baru saja menarik kursinya rachel langsung mengangkat tangan nya "TIDAK!"

Rachel menarik nafas nya sejenak "bangku disana banyak kenapa kalian memilih bangku ini?"

Nathan yang malas berbasa basi langsung menarik bangku di hadapan rachel. Alhasil mereka semua pun mengikuti tindakan Nathan. Rachel hanya bisa pasrah melihat kelakuan mereka. Michele yang baru saja datang bingung. "lalu aku duduk dimana?"

Mereka semua menatap Michele. "duduklah disini aku akan pergi"

""NO!"

Mereka berempat kompak berteriak membuat orang orang menatap mereka. Rachel melongo tidak percaya melihat kelakuan nya. Sandy yang melihat kejadian itu pun menghampiri Michele. "duduklah di kursiku, jangan bersama para pria gila ini"

Michele memandang sini mereka berempat "giliran tidak butuh kalian membuang ku keterlaluan."

Michele yang baru saja ingin pergi di tahan Justin. Rafael langsung menarik kursi di belakang nya dan meletakan di samping nya. "duduklah disini"

Michele menatap malas mereka dan memilih pergi ke bangku tempat sandy berkumpul. Rachel hanya diam menatap kepergian adik nya. Mereka berempat saling menyalahkan satu sama lain. Rachel henya menggelengkan kepalanya dan kembali melanjutkan makan nya.

.

.

Setelah kejadian memalukan di resto tadi rachel langsung masuk ke kamarnya. Ia melihat Michele yang sudah bersiap siap. "kuliah kamu?"

Michele mengangguk rachel bangkit dari duduk nya dan mengambil ponselnya ia mngetik sesuatu disana.

"udah kakak transfer untuk keperluan mu ya"

Michele berbinar langsung memeluk kakaknya. "makasih ya ka"

Rachel mengangguk dan mengelus kepala adik nya "pakai uang itu dengan benar, jangan main main kuliah nya"

Michele langsung memberi hormat pada rachel. "aku pergi dulu ya, jika pria gila itu menghampiri mu pukul saja mereka"

Rachel tertawa dan mengangguk. Pintu ruangan tertutup. Baru saja rachel merebahkan dirinya di kasur pintu kamarnya kembali berbunyi. Tanpa ragu rachel membuka pintu itu. Betapa kaget nya rachel melihat ke empat pria itu ada di depan pintu kamar nya. Rachel langsung mundur dan ingin menutup pintunya. Namun mereka berempat langsung menahan nya.

Rachel lagi lagi pasrah dan membiarkan mereka masuk. "apalagi sekarang?"

Mereka berjejer di kasur Michele duduk disana. Rachel menatap jengah ke empat pria itu. "kami hanya ingin memastikan kau baik baik saja ra"

Rachel mengusap wajah nya kasar. "oke kalian sudah lihat kan? Aku baik baik saja, kalian bisa pergi sekarang"

Mereka berempat tetap diam disana. Namun tiba tiba Nathan bangkit mendekati rachel. Nathan meletakan tangan nya di dahi rachel. Rachel sedikit gugup pertama kali nya ia melihat Nathan sedekat ini. "kau sakit?"

Rachel menggeleng kaku, mata Nathan benar benar menghipnotis nya. "wajahmu Nampak pucat, aku fikir kau sakit"

Rachel langsung menyentuh wajahnya. "aku baik baik saja nath jangan khawatir"

Nathan tersenyum. Rachel pun menyadari sesuatu. "kau mengkhawatirkan aku karena aku mirip reina kan? Tenang aku baik baik saja"

Nathan terkejut ia bahkan tidak mengingat reina. Ia benar benar mengkhawatirkan mereka dalam keadaan sadar.

"ra kau salah paham aku..."

Rachel langsung mengambil baju nya. "kalian keluarlah. Aku tau kalian mengkhawatirkan ku karena wajahku mengingatkan ku pada adik kalian kan? Maaf tapi aku rachel buka reina. Jangan samakan aku dengan nya"

Mereka berempat terdiam. Ivar Rafael dan Justin merasa bersalah. Ia langsung keluar dari kamar rachel. Sedangkan Nathan terdiam sejenak ia mendekati rachel. "aku sama sekali tidak menganggapmu reina ra."

Rachel menghela nafasnya "nath jika wajahku tidak sama seperti reina apa kau akan mengkhawatirkan ku juga?"

Nathan terdiam. Rachel benar karena bayang bayang reina lah ia selalu mendekati rachel. Namun akhir akhir ini juga Nathan seperti melupakan reina karena sifat mereka yang berbeda.

Nathan berbalik kembali ke kamarnya. Rachel langsung terduduk menatap Nathan pergi. Ia hanya tidak ingin mereka menganggap rachel sebagai bayang bayang reina.

Rachel pun bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk bersiap siap.

.

.

Rachel menemui soni di bawah. Rachel melambaikan tangan nya. "udah nunggu lama son?"

Soni menggeleng "baru juga dateng, yaudah yuk"

Soni langsung mengajak rachel bertemu dengan pak Erick dan beberapa staff lain nya.

"permisi pak, saya ingin memperkenalkan rachel"

Erick pun menoleh ia tersenyum dan mengulurkan tangan nya "selamat bergabung rachel. Maaf meminta mu mendadak saya benar benar sudah buntu soalnya"

Rachel menjabat tangan pak Erick "tidak apaapa pak, perkenalkan saya rachel anna"

Erick mengangguk "baiklah kita mulai disini saja saya akan tinggalya silahkan lanjutkan dengan soni"

Rachel dan soni tersenyum mengangguk. Rachel langsung mengeluarkan kameranya. Ia mencoba foto background disana untuk mengetes kamera. Akhirnya beberapa pemain pun masuk. Rachel menoleh ia sedikit terkejut melihat Nathan ada disana juga. Namun ia berusaha untuk tetap professional.

Beberapa pemain lokal sudah selesai hanya tinggal menyisahkan beberapa pemain. Beberapa kali staff disana memuji hasil foto rachel yang terlihat bagus. Dan rachel hanya tersenyum dan berkali kali bilang terimakasih. Soni disana membantu menjadi pengarah untuk para pemain.

Tiba giliran ada pada Nathan. Tangan rachel seketika bergetar wajah Nathan terlihat jelas dalam kameranya. Jantung nya berdegup kencang. Ia berusaha mati matian menyembunyikan rasa gelisah nya. "son gantiin sebentar tangan gue dingin"

Soni mengangguk dan mengambil kamera tersebut. Rachel berjalan keluar ruangan tersebut dan mengibaskan tangan nya. "ayo raa jangan gugup lo kenapa si"

Saat sedang melakukan hal itu ivar datang menghampiri rachel. Ia langsung menggenggam tangan rachel. "kau baik baik saja? Tangan mu dingin"

Rachel terkejut ia langung menarik tangan nya dari ivar. Ivar hanya tersenyum dan menyerahkan minuman pada rachel. Rachel menerima minuman tersebut "terimakasih var"

Ivar mengajak rachel duduk di bangku dekat sana. "maaf sikap kami membuat mu tidak nyaman. Tapi jujur aku sama sekali tidak terfikirkan untuk melihat kau sebagai reina. Ini semua ide gila Justin"

Rachel menatap ivar bingung, ivar yang melihat hal tersebut pun tertawa. "Justin melihat Nathan yang tersenyum setelah kembali dari kamarmu. Kami hanya ingin melihat Nathan memandang mu sebagai siapa reina atau rachel. Namun tatapan nya dengan mu berbeda. Berkali kali aku bertanya tentang reina Nathan akan menjawab 'biarkan reina bahagia aku tidak ingin membahasnya'. Ia berubah semenjak mengenalmu ra"

Rachel seketika terdiam. Ia ragu sangat sangat ragu "kenapa kalian hanya ingin menguji Nathan?"

Ivar menghela nafas nya dan kembali menatap rachel dalam.

"Nathan adalah kekasih reina"

.

.

.

.

.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang