22

314 19 1
                                    

Acara baru saja selesai tamu undangan juga sudah pulang. Menyisahkan keluarga Nathan disana. Kebetulan mereka mengadakan acara pada siang hari jadi masih banyak waktu untuk mereka bersantai.

"kalian tinggal tentukan kapan rencana pernikahan kalian"

Rachel dan Nathan menatap romeo. Kemudian Rachel menoleh menatap Nathan. "sudah terfikirkan kapan?"

Nathan tersenyum. "besok bagaimana?"

Rachel langsung memukul lengan Nathan. Mereka semua yang ada disana pun tertawa. "setelah Nathan selesai dengan kesibukan di klub dan timnas. Jika sudah agak senggang kami akan memikirkan nya om"

Romeo tersenyum "kau sudah menjadi calon menantuku, panggil aku ayah seperti Nathan dan yang lainnya. Ini juga berlaku untuk mu Michele"

Michele dan rachel tersenyum. Mereka merasa senang keluarga Nathan bisa menerima nya. Nathan menyentuh tangan rachel. "mau ikut dengan ku?"

Rachel menatap Nathan "kemana nath?"

"aku membeli barang untuk di rumah sana, kurir nya datang hari ini aku ingin menunggu nya disana."

Rachel mengangguk "aku ganti baju dulu"

Nathan menahan tangan rachel, "tidak perlu aku buru buru"

Rachel hanya menurut dengan Nathan. "kami pergi dulu, ada kurir yang akan datang ke rumah ku."

"rumahku? Kau punya rumah sendiri nath?"

Nathan mengangguk menjawab ibu nya "sudah lama bu aku membelinya, yasudah aku pergi dulu"

Nathan dan rachel pun pergi. Mereka semua menatap kepergian mereka berdua. Justin menoleh kearah romeo.

"om aku minta izin untuk mengajak Michele keluar apa boleh?"

Romeo mengangguk, "jangan pulang terlalu larut"

Justin mengangguk dan mengajak Michele pergi.

"jangan bawa cucuku untuk macam macam Justin atau kau akan berhadapan denganku"

Seketika Justin menelan ludah nya kasar. Ia mengangguk patuh dan pamit pada semua nya.

Mereka pun tertawa melihat Justin yang ketakutan. Tak lama ivar dan rafa juga pergi besama pasangan nya. Hanya tersisakan para orang tua di rumah.

"aku senang sekarang rumah kita menjadi ramai"

Romeo mengangguk. "aku membayangkan jika mereka semua sudah menikah akan seramai apa rumah ini nanti"

Jhors pun tersenyum kecil. "ya semoga aku masih bisa melihat semua cicitku nanti"

Melinda langsung mengelus tangan jhors "jangan berbicara seperti itu dad, kau pasti bisa melihat mereka semua sampai menikah"

Jhors dan romeo pun tersenyum.

.

.

Nathan baru saja tiba di rumah nya sendiri. Nathan mengambil paket yang di letakan di depan pintu rumah oleh kurir nya.

"kau beli apa nath?"

Nathan tersenyum. "hanya lampu tidur."

Rachel melongo tidak percaya bisa bisa nya ia terburu buru hanya untuk mengambil lampu tidur.

"kau benar benar menyebalkan nath, aku bahkan belum mengganti pakaian ku lihat. Ku fikir itu barang penting"

Nathan tertawa, "babe, ini penting lihat lah ayo"

Nathan menarik rachel ke kamar. Nathan menunjukan lampu tidur itu pada rachel. Ia mematikan lampu kamar nya dan menyetel lampu tidur nya. Lampu tidur itu pun menyala membuat rachel terkagum.

Nathan membeli lampu tidur yang memiliki efek menyala seperti aurora. Lampu tidur yang sangat indah.

"aku terinspirasi dari apartermen mu. Michele menunjukan lampu tidur nya padaku dan ivar"

Rachel tertawa kecil. "kau sudah melihat nya? Itu memang bagus namun hanya bintang bintang dan bulan"

Nathan mengelus kepala rachel. Membuat rachel menoleh. "kau tau? Kau benar benar cantik hari ini"

Rachel menatap Nathan sebal "jadi maksudmu selama ini aku tidak cantik?"

Nathan memajukan badan nya memeluk rachel. "bukan begitu sayang, hanya kau terlihat Nampak lebih dewasa"

Rachel menggantung kepala nya di bahu Nathan. "jadi selama ini aku tidak dewasa?"

Nathan tertawa "kau benar benar selalu bisa menjawab ku ra"

Rachel tertawa dan memeluk Nathan erat. "aku sangat mencintaimu ra. Aku berharap kita selalu mendapatkan kebahagiaan"

Rachel mengangguk "aku juga mencintaimu nath, terimakasih sudah hadir di hidupku."

Nathan melepas pelukannya dan mengelus wajah rachel. Ia memajukan kepala nya mendekati rachel. Rachel pun memejamkan kedua matanya.

Cup..

Ciuman hangat yang Nathan berikan untuk rachel. Nathan menyentuh pinggang rachel sedangkan rachel mengalungkan tangan nya di leher Nathan. Sudah tidak ada jarak antara mereka sekarang.

Ciuman tersebut lama lama berubah menjadi panas. Nathan terus mendorong rachel sampai ia terjatuh di kasur. Ciuman Nathan turun ke leher jenjang rachel membuat rachel meremas bahu Nathan. Rachel menahan dada Nathan dan melepaskan ciuman nya.

"nath aku takut"

Nathan tersenyum mengelus wajah rachel "maaf aku tidak akan melakukan nya sebelum kita menikah tenang saja"

Rachel tersenyum. Nathan pun berguling ke sisi samping rachel. Ia memeluk rachel dari samping. "tidur lah kita istirahat dulu disini sebentar ya"

Rachel mengangguk "maaf nath"

Nathan membuka matanya dan tersenyum "kenapa meminta maaf? Seharusnya aku yang minta maaf jika kau tidak menahan ku mungkin aku akan melewati batas"

Rachel tertawa dan memukul dada Nathan. Ia menyenderkan kepala nya di dada Nathan. Nathan tersenyum memeluk rachel sesekali ia mencium kening rachel.

.

.

"reina masih hidup man"

Manda menoleh menatap ibunya. Ia menatap bingung ibunya. "bukan kah dia sudah mati? Bagaimana bisa dia masih hidup?"

Laurens menarik nafas nya dalam.

"keluarga Nathan bersikeras bilang kalau ia bukan reina, namun rachel. Namun wajah rachel sangat mirip dengan reina"

Manda langsung memajukan badan nya di balik kaca penghalang antara mereka berdua.

"lalu Nathan?"

Laurens menatap manda sedih, "nathan sudah bertunangan dengan wanita yang mirip reina tersebut man"

Manda menggeleng tidak percaya manda menangis histeris dan memukul kaca pembatas.

"KELUARKAN AKU! AKU HARUS BERTEMU NATHAN!"

"KALIAN TULI?! LEPASKAN!! AKU TIDAK MEMBUNUH SIAPAPUN!"

Beberapa polisi menahan manda dan membawa nya kembali ke sel, laurens yang melihat kehancuran anak nya menutup mulut nya dan menangis.

"kenapa kau sangat mencintainya man, kau sangat terluka sekarang"

Laurens terus menangis disana. Namun seketika dia sadar.

"kalian harus merasakan kesengsaraan putri ku. Aku tidak akan membiarkan Nathan dan wanita itu bahagia gimana pun caranya!"

.

.

.

.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang