1

1.5K 70 0
                                    

Dijodohkan?

.
.

"Pokoknya Hera ga mau ya bu. Hera itu .."

Mata Hera bergerak panik, tak tau hendak melanjutkan kalimatnya bagaimana. Ia dibuat gelagapan apalagi ibunya menatapnya dengan senyum miring mengejek

"Hera udah keterima sekolah S2, bu!"

Eh?

Ibu Hera terkejut, apalagi Hera. Dapat darimana ide luar biasa tanpa pertanggung jawaban itu sih? Keterima sekolah S2? Hera saja S1 beruntung lahir batin bisa lulus meskipun harus molor beberapa bulan. Lah ini malah S2?

"Serius kamu? Kamu gak bohongin ibu kan?"

Dan jelas Ibu Hera tak akan mudah percaya. Hera gugup bukan main tapi tetap berusaha tenang

"Iya, Hera keterima. Jadi batalin cepet! Hera bakalan nikah kalau memang Hera mau"

Gimanaa nihh! Batin Hera.

.
.
.

"Ngapain pake ngomong kayak gitu sih Ra. Ribet kan jadinya"

Hera mencebikkan bibir. Niatnya melakukan video call dengan teman seperjuangannya di kampus malah diomelin begini

"Ya kan, daripada nikah. Gue gak siap Na, gue juga gak kenal orangnya yang mana loh"

Nanda, sahabat lengketnya itu tergelak. Lucu sekali karena Hera yang terkenal tomboy dan pendiam itu justru hendak menikah lebih dulu. Padahal dulu mereka sudah memperkirakan kalau Nanda yang bakal jadi manten duluan

"Gue daftar sekolah lagi aja ya"

Nanda menganggukkan kepala. Ya memang mau gak mau Hera harus daftar untuk membuktikan omongannya pada ibunya. Beruntung masa pendaftaran sekolah S2 di tempatnya masih buka. Ada juga beberapa beasiswa yang masih bisa Hera coba juga nanti

"Iya gih daftar. Sekalian nanti daftar beasiswa Ra. Biaya S2 mahal"

"Iya, ini tadi udah kirim berkas."

Hera fokus pada pendaftaran dadakannya sembari mendengarkan Nanda yang curhat padanya

Kelebihan Hera adalah ia bisa bagi fokusnya dengan baik meskipun kerjakan beberapa hal, walaupun pernah dulu buat Nanda agak sebel juga karena mengira Hera tidak mendengarkannya.

Tapi saat ditanya apa yang diobrolkan, gadis itu bisa menjawabnya dengan lancar.

Dan sekarang Nanda sudah terbiasa.

"Gitu deh. Sekarang jadinya kosannya Jenov pindah deket kosan gue hehe"

"Ck, emang lo nya aja yang suka tantrum"

"Ya kan orang tunangan loh. Gue bela-belian lanjut sekolah disini"

Hera menggelengkan kepala

"Jangan gitu. Lo sekolah ya buat diri lo sendiri, jangan demi orang lain"

"Iya Hera, maafin deh"

Hera tergelak. Ia sudah selesai dengan seluruh berkasnya. Beruntung saat Nanda urus berkasnya dulu ia juga ikut mengutus untuk jaga jaga, jadi saat genting begini ia tinggal pilih mana satu untuk dimasukkan saat mendaftar

"Yaudah pengumumannya minggu depan kan. Nanti lo kos disini aja, gue bilangan entar"

"Iya makasih. Untung ya masih buka pendaftarannya di tempat lo"

"Iyaa makanya. Semoga ke terima deh, tapi kayanya ya tetep ke terima sih" ujar Nanda optimis

"Haha Iyaa. Yaudah deh tidur lo, gue mau tidur dulu besok pagi mau nemenin ibuk ke pasar"

"Gitu doang lo gini langsung tinggal tidur"

Hera yang tadinya rapikan mejanya itu tergelak

"Apaan sih ga jelas. Bodo amat gue mau tidur, gue matiin. Byee!"

Hera buru buru matikan sambungan teleponnya, kalau tidak begitu ya Nanda akan terus saja mengobrol

Biar saja sahabatnya itu ngambek padanya

Hera berbaring diatas ranjang. Matanya masih segar terbuka kini menatap atap kamar dengan perasaan tak menentu. Helaan nafas terdengar beberapa kali keluar dari bibirnya yang penuh.

Dalam hatinya berharap, semoga keputusannya benar. Semoga ia bisa berhasil dengan keputusannya. Ya, semoga saja


CUT!!

KaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang