7

301 47 0
                                    

Keceplosan

.
.

"Gue boleh minta nomor telfon lo nggak?"

Hera terdiam sesaat, jantungnya lagi berdebar dengan irama yang tak masuk akal. Ingatkan dirinya seperti semasa sekolah dulu

Dulu, saat mereka berada di satu grup kelas, Hera menyimpan nomor Marka tapi lelaki itu tak simpan balik nomornya

Bagaimana Hera tau? Ya karena ia bisa lihat Marka buat sebuah unggahan status dari ponsel Raina sementara di ponselnya tidak ada

Ia masih simpan nomor ponsel lelaki itu hingga saat ini, entah sudah berganti atau tidak. Ia tak pernah sekalipun beri pesan secara pribadi pada nomor tersebut

"Buat apa Ka?"

Bodoh banget Haruna. Batin gadis itu

Marka didepannya terkekeh, "Gapapa, siapa tau kita butuh satu sama lain"

Butuh satu sama lain?

"Lo kalau butuh apa apa bisa chat gue, aneh kan kalau kita kayak orang asing padahal kita kenal"

Hera terima ponsel Marka, lalu ketikkan nomornya disana. Abaikan tatapan intens Marka kepadanya dan wajahnya yang memanas karena malu. Selesai itu ia kembalikan lagi ponsel tersebut

"Makasih Ra, gue pulang dulu"

Hera mengangguk, "Hati hati Ka"

Lelaki itu mengangguk lalu berbalik masuk ke dalam mobilnya

Hera masih diam didepan pagar kosannya sampai mobil itu menjauh


.

Hera masih rasakan jantungnya berdebar kencang setelah masuk ke dalam kamarnya

Buru buru ia cek ponselnya lalu menuju bagian kontak telfon

Masih ada nomor Marka disana

"Marka ketua kelas"

Begitu ia tulis nama untuk kontak tersebut

Gila banget

Hera putuskan untuk bersih bersih diri dulu sebelum ganti pakaian dan pakai skincare

Ditengah ia yang sedang pakai masker, ponselnya berdering. Panggilan masuk dari Nanda

Hera langsung mengangkatnya dan langsung terima permintaan panggilan video oleh Nanda

"Belum tidur lo?"

Hera menggelengkan kepala

"Baru nyampe"

"Hah? Dari tadi? Kosan kita cuma 15 menit dari tongkrongan"

Hera mengerjap bingung. Benar juga, tadi perjalanan menuju kosannya hampir makan waktu satu jam, tapi ia tidak sadar

"Iya ya. Gatau deh" Nanda mengernyitkan dahi curiga

"Gak penasaran lo?"

Hera selesai gunakan masker lalu buang masker itu ke tempat sampah di kamarnya

"Penasaran apa?"

"Soal Raina, lo katanya mau deketin Marka" Hera mendelik

Nanda tuh kenapa sih?

"Ga ada yang bilang gitu"

"Ya kan gue yang bilang"

"Gila lo!"

Hera lanjutkan tahapan skincarenya tak pedulikan Nanda yang mendumal entah apa

"Mereka temen kantor Ra. Gue gak terlalu deket sih sama Raina, kata Jenov sih suka sama Marka"

Hera mengernyitkan dahi. Rania suka Marka?

"Dulu tuh waktu awal gue kenal dia, sinis banget liatin gue karena gue akrab sama Marka"

"Ya kan gue pacar sahabatnya juga masak gak akrab atau kenal"

"Terus gue di dm coba"

Hera menatap Nanda tertarik

"Dia bilang buat jangan deket sama Marka dan fokus aja ke Jenov, gila ga tuh"

"Ya kali gue cuekin Marka kalau diajak ngomong atau sinis ke Marka padahal satu tempat main" nampak Nanda yang menggebu gebu ceritakan tentang Raina

"Ya gue juga gak deket kok sama Marka ini" ujar Hera

"Halah" Nanda mencibir

"Ih apaan sih Nan"

"Pokoknya ya, kalau kata Jenov Raina tuh udah kayak pawangnya Marka di kantor. Galak banget kalau ada yang ketahuan deket sama Marka"

"Mana dia katanya kerja di bagian Hrd, apa gak gampang tuh keluar keluarin anak yang gak ia suka" Nanda berujar dengan muka julid

"Apaan kok gitu, Raina gak gitu ya Nan"

"Yeee dibilangin kok. Tapi lo jangan takut, udah lama sih kata Jenov juga kalau Marka ga pernah respon Raina. Ya walaupun Marka biasa aja kalau Raina bertingkah gitu, tapi kayaknya ga ada hubungan mereka"

Hera memandang Nanda di balik layar yang nampak sangat serius

"Jadi lo ada kesempatan buat deketin"

Hera memutar matanya malas, "Dibilang ga ada yang mau deketin kok"

Nanda tersenyum miring, ekspresinya mengejek sekali sampai sampai Hera tak tahan lalu matikan panggilan video itu

"Emang anak aneh si Nanda. Siapa sih yang bilang mau deketin Markaa" Hera berusaha netralkan wajahnya yang memanas

"Marka anak kantoran gitu, udah mapan banget kayanya mana suka sama anak kuliahan gak jelas kayak gue gini sih. Disuruh nikah malah kabur, terus kerjaannya rebahan doang"

Ditengah mulutnya yang terus mendumel, ponsel Hera kembali berdering

Hera mendengus lalu segera angkat panggilan itu

"Apa lagi si Nan, ga ada ya gue bilang mau deketin Marka. Ngomongin Marka lagi lo gue blokir" ujar Hera menggebu gebu setelah panggilan tersambung

Nanda kalau ga digituin ya bakal terus menggodanya, meskipun ya bakal tetep menggoda sih nanti

"Kenapa?"

"Hah?" Suara berat laki-laki? Jenov kah?

Hera jauhkan ponsel dari telinganya untuk lihat nama kontak yang meneleponnya

"Marka ketua kelas"

Hera mendelik dramatis

Mampus

Mampus Heraaa..

"Hera, kenapa?"

Hera dekatkan kembali ponsel itu di telinganya

"Apa?"

"Kenapa ga mau deketin Marka? Kenapa ga mau deket gue?"



Nah kan..


Cuttttt!!!

KaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang