28

281 59 8
                                    

Jenjang Selanjutnya



.
.



"Bu?"

Hera tengah bantu ibunya merekap data gudang di ruang tamu rumah mereka

"Hm?" Ibu Hera benarkan letak kacamatanya yang sedikit turun karena sejak tadi terus menunduk

Hera membasahi bibirnya yang tiba tiba kering

"Kamu dari tadi manggil gitu kenapa? Duit bulanan kurang?" Ibu Hera menatap semua kertas yang berserakan di meja jadi satu dalam sebuah map besar

Wanita parubaya itu lalu tata lagi struk struk menjadi satu dalam sebuah kotak berukuran sedang. Ia bereskan semua barang barangnya lalu menatap anaknya yang terlihat bingung itu

"Beneran kurang?" Tanya ibunya lagi

Hera menggelengkan kepala

"Cukup banget kok"

Lebih malah, soalnya sekarang Marka rutin beri ia uang meski ia sudah menolak dan memaksa Hera menerimanya

Yasudah Hera buatkan tabungan sendiri untuk Marka jika lelaki itu ingin transfer uang untuknya

"Ibu dulu nikah umur berapa?" Tanya Hera tiba tiba

Ibu Hera menatap anaknya dengan mata memicing

"Marka ngajak kamu nikah?" Tembaknya langsung

Hera gelagapan apalagi lihat ekspresi geli ibunya

"Ish"

"Nikah jamannya ibu sama jamannya kamu beda dong Ra. Kamu mau nikah umur 16 tahun?" Hera menggelengkan kepala, ia saja sebelumnya diminta menikah malah kabur

Ini lagi, di usia 16 tahun ia masih duduk di bangku menengah atas dan harus menikah?

Marka memang sudah Hera kenalkan pada Ibunya dan Ibu Hera terkejut bukan main kalau Marka adalah anak tetangga komplek mereka

Ibu ibu yang mengajaknya ikut arisan itu ya ibunya Marka

Hanya saja mereka belum bertemu secara resmi karena hubungan anak anak mereka

"Marka beneran ajak kamu nikah ya?"

Hera mengangguk pelan. Jantungnya berdebar saat bicarakan hal ini dengan ibunya

Wajahnya memanas, ia sedikit malu

"Kalian baru berapa minggu pacaran? Kamu beneran yakin?"

Hera mengingat kembali. Ia dan Marka belum ada satu bulan menjalin kasih

Ia sendiri juga masih terkejut tiap ingat malam dimana Marka mengajaknya untuk serius dalam ikatan pernikahan

"Ibu jadi kamu gak mikir mikir sih Ra" Hera mendelik dengar penuturan ibunya sementara Ibu Hera terkekeh lihat ekspresi anaknya

"Ra, ibu gak pernah maksa kamu untuk ambil ini atau itu buat hidup kamu"

"Waktu kamu lulus kuliah kemarin kamu kelihatan kayak frustrasi banget karena susah cari kerja, makanya ibu tawarin buat kamu nikah aja" Ibu Hera tertawa lihat anaknya melongo dengar perkataannya

"Beneran gitu Ra. Tapi ternyata kamu pilih mau sekolah lagi. Ibu udah mikirin kalau kamu pasti pengen menghindar dari usulan ibu kan"

Hera mengangguk pelan

Ibu Hera tertawa lagi

"Kalau kamu udah bilang mau nikah sama Marka ya berarti emang udah ini saatnya Nak. Ibu yakin kamu udah bener bener mikirin ini sampe berani ngomong sama Ibu. Ibu setuju banget, kapan emang Marka mau dateng ke rumah?"


KaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang