20

933 97 8
                                    

Marahnya Raina



.
.


"Lo beneran kena lay off?"

Marka sedang rapikan mejanya saat Jenov tiba tiba datang keruangannya

Marka mengangguk tanpa menoleh

"Suratnya barusan gue dapet. Akhirnya ya"

Jenov berdecak

"Ini perusahaan impian lo Ka. Kenapa? Beneran karena masalah divisi lo waktu itu?"

Marka menggedikkan bahu

"Iya ya, gue dulu ngebet banget pengen kerja disini"

Marka menoleh ke arah Jenov yang menatapnya dengan serius

"Santai Jen. Perusahaan lain masih banyak kok. Tapi gue rencananya mau istirahat aja dulu"

"Lo beneran mau join bisnis orangtua lo? Mau balik pulang?" Marka menggelengkan kepala

"Gue masih disini kok. Mau nyantai dulu"

"Sama gue lagi usaha deketin Hera. Belum dapet soalnya, dia udah nyusul gue kesini, ya kali gue gak balik effort" tambah Marka

Jenov mendengus

"Gak ada dia nyusul lo. Orang dia kabur karena mau dijodohin" Marka terkejut

"Ha? Kata siapa lo?"

"Nanda yang cerita, baru ini sih. Mau dijodohin sama ibunya tapi nolak dulu karena mau kuliah"

"Gue mesti cepet cepet dong"

"Iya cepet nikahin"

"Gue aminin dulu deh"

Keduanya asyik berbincang tanpa tahu didepan ruangan Marka ada Raina yang menatap pintu ruangan itu dengan amarah terlihat jelas di wajahnya, sementara di genggaman tangan kanan wanita itu ada satu amplop yang kemudian ia hancurkan dalam genggamannya


.



"Marka tuh"

Hera menoleh dan benar saja, ada Marka diseberang gedung fakultasnya baru keluar dari mobil

Hera menitih jam tangannya. Sekarang bukannya sudah masuk jam kerja, kenapa lelaki itu bisa keluar? Ia kira pesan lelaki itu akan menjemputnya hanya omongan belaka

"Ayo Nan"

Nanda menggelengkan kepala, "Ogah gue, mending naik grab aja. Dah, balik duluan ya" Nanda buru buru berlari tinggalkan Hera sementara saat ia menoleh ke depan lagi, Marka sudah ada didepannya

"Makan siang dulu yuk"


.


Marka lepas jas kerjanya, menyisakan kemeja hitam tanpa dasi dan celana bahan berwarna senada

Lelaki itu ajaknya makan siang di salah atau restoran pasta

"Lo gak kerja?" Tanya Hera

Malam itu Hera putuskan untuk beri Marka kesempatan. Hera hanya ikuti kata hatinya meskipun dalam pikirannya tetap saja takut jika Raina tau

Tapi pernyataan Marka waktu itu buat ia senang. Jujur saja, ia merasa perasaannya terbalas meski lelaki itu tak tahu sebenarnya kalau ia pun punya rasa pada lelaki itu dulunya

Hera akan menikmati ini semua dan coba untuk lebih terbuka pada Marka seperti yang lelaki itu lakukan padanya

"Oh, gue pindah kerja"

KaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang