18

495 73 2
                                    

Peduli


.
.


"Gak biasanya lo gini Ka. Habis ngapain lo sampe Raina marah ke lo?"

Kantor mereka baru saja adakan rapat bulanan. Marka dan Jenov jadi perwakilan tiap divisi dan tadi rapat berjalan cukup menegangkan saat tiba waktu Marka yang sampaikan presentasi progres divisinya

Lelaki itu dapat amukan dari Raina selaku bagian HR karena atas ulah Marka, ia telah pecat 2 karyawan dari divisi lelaki itu

"Ya itu. Gue mecat 2 karyawan cewek di divisi gue"

"Kenapa emang? Yang masih baru itu kan. Udah habis emang masa percobaannya"

"Belum habis makanya gue pecat. Ngeselin"

Jenov gelengkan kepala tak habis pikir

Marka itu bukan tipe orang yang akan gunakan alasan 'ngeselin' untuk urusan pekerjaan

Ia tau Marka tak selabil itu

"Kena sanksi gak lo?"

"Kena paling. Bodo amat, kalo dipecat ya tinggal nerusin usahanya bokap aja"

Jenov makin gelengkan kepala tak habis pikir

Selama kenal dengan Marka, ia kenal betul kalau lelaki itu anti sekali minta bantuan orang tuanya

Ngomong ngomong orangtua Marka sudah cerai dan miliki keluarga masing masing

Marka sebagai anak sulung dan satu satunya dari orangtuanya itu telah diberikan hak atas beberapa kekayaan kedua orangtuanya

Tapi Marka seringkali menolak keuntungan itu

Selama kuliah pun lelaki itu biayai pendidikannya sendiri melalui beasiswa dan kerja sebagai tutor privat

Alasan Marka pindah ke kota ini pun agar bisa menjauh dari kedua orangtuanya

Lalu kenapa kini lelaki itu dengan enteng akan terima bantuan dari orang tuanya saja? Padahal seandainya pun Marka dipecat dari perusahaan ini, lelaki itu bisa diterima dengan tangan terbuka oleh perusahaan manapun dengan posisi terkait karena prestasi dan pencapaiannya itu

"Gak gitu bro"

Marka tersenyum tipis, "Gue balik dulu. Kerjaan gue dah selesai"

.
.

Saat keluar dari lift menuju ruangan divisinya, Marka berpapasan dengan Raina yang sepertinya baru keluar dari ruangan tempatnya bekerja itu

Marka menghela nafasnya kasar

Berusaha tak perhatikan Raina namun wanita itu justru menahan lengannya

"Ayo ngomong"

"Nggak, gue mau balik"

"Ck, jangan kayak gini. Posisi lo dalam bahaya kalo lo terus terusan gini, atasan gak suka sama sikap lo ya Ka"

Marka menyeringai tipis

"Bukannya lo suka kalo di divisi gue gak ada ceweknya? Gue bantuin lo pecatin mereka"

Raina mengulum bibirnya yang mendadak kering

"Terus lo mau ngomong apa?" Tanya Marka

"Gak ada? Gue balik dulu" Marka buru buru masuk ke ruangannya dan rapikan mejanya

Tugas untuk divisinya sudah ia kerjakan dan untuk selanjutnya ia bisa serahkan pada wakil ketuanya di divisi ini. Lagipula gunanya ia jadi ketua divisi apa kalau tidak bisa bertingkah begini

KaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang