29

464 69 4
                                    

Pertengkaran



.
.



Marka diterima di salah satu perusahaan di kota perantauan mereka berdua

Lelaki itu kembali sewa kamar di tempat kosannya dulu. Sudah sebulan lelaki itu jalani kerja barunya, begitupun Hera yang kembali sibuk dengan kuliahnya

"Ck!" Hera menatap kesal pada ponselnya

Ia sedang berada di salah satu Mall dekat kampus

Marka tadi mengajaknya untuk belanja pakaian baru karena di kantor barunya punya peraturan untuk memakai pakaian yang seragam

Hera beri usulan kalau ia akan berangkat kesana sendiri agar Marka tak perlu jauh jauh menjemputnya ke kampus

Hera sudah sangat semangat untuk menemui Marka karena selama sebulan ini Marka disibukkan dengan masa peralihannya di kantor baru

Tapi sayangnya hingga 40 menit Hera disana, Marka tak kunjung datang

Hera menunggu di sebuah kafe lantai 1 di Mall tersebut

Marka sudah katakan kok kalau lelaki itu sudah pulang. Hera bahkan berangkat setelah Marka kiriminya pesan itu padanya

"Ini kemana sih?" Gerutu Hera

Ia sudah kirimi lelaki itu pesan tapi sampai sekarang belum ada balasan, bahkan pesan itu belum dibaca

"Sumpah Marka. Lo kemana sih"

Hera menghela nafas lelah. Kenapa jadi sulit sekali bertemu dengan Marka?

Hera putuskan untuk pulang saja, ia sudah tak betah menunggu tanpa ada kepastian. Mana kedua matanya sudah memanas, takutnya dia malah menangis ditempat umum kan

.

"Ra, ada Marka didepan. Tanya lo ada gak"

Nanda menatap Hera yang bergelung saja di dalam selimut. Wajah sahabatnya itu datar saja dengan jejak basah di pipinya

"Gue bilang gak ada ya. Apa sekalian gue bilang lo pulang aja? Kan besok weekend tuh"

Hera tak menjawab pertanyaan Nanda

Sekarang pukul 8 malam dan Marka baru mencarinya? Mereka tadi janjian pukul setengah 4 sore loh. Ia menunggu hingga hampir pukul 5 dan lelaki itu baru mencarinya pukul 8?

Nanda menghela nafas pelan lalu keluar dari kamar Hera

Terdengar suara gerbang dibuka dari kamarnya

Hera memejamkan kedua matanya, berusaha untuk hilangkan perasaan marah yang masih membara di hatinya

Ia tak pernah melarang Marka lakukan apapun kok. Ia juga tak pernah merengek saat Marka terus saja sibuk dengan kerjaan barunya

Hera memahami itu. Tapi ini Marka yang ajak dirinya dan buat janji dengannya

Hera tentu saja senang

Tapi Marka yang tak berinya kabar buat Hera rasakan banyak sekali emosi dalam dadanya

Ia khawatir tapi juga marah

Pesannya masuk semua kok di ponsel lelaki itu, apa tidak bisa beberapa detik saja memberinya kabar. Hera tak masalah jika janji mereka dibatalkan, ia bisa memutuskan untuk jalan jalan sendiri kok

Tak berselang lama pintu kamarnya kembali dibuka

Nanda masuk lalu duduk di sisi kasurnya

"Lo udah makan Ra?"

KaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang