Freya/Adel?

690 65 0
                                    


Flora adalah seorang gadis yang hidupnya hampir sepenuhnya terikat pada dunia di balik lensa kameranya. Di usia yang masih muda, dia telah menemukan cara untuk berkomunikasi dengan dunia melalui gambar. Kamera adalah matanya, dan dengan alat itu, dia mengamati setiap detail kehidupan yang mungkin terlewatkan oleh orang lain. Setiap kali dia keluar rumah, kamera menjadi pendamping setianya, menangkap momen-momen kecil yang penuh makna.

Flora tinggal di sebuah kota yang ramai, namun di antara hiruk-pikuknya, dia selalu menemukan ketenangan di taman kota yang terletak di pinggiran. Taman itu adalah tempat yang indah, dengan pohon-pohon besar yang rindang dan padang bunga yang mekar sepanjang tahun. Di sana, Flora merasa bebas untuk mengekspresikan dirinya, menangkap keindahan alam dan kehidupan sehari-hari yang sederhana.

Suatu sore, setelah hari yang panjang di sekolah, Flora memutuskan untuk mengunjungi taman favoritnya. Matahari hampir terbenam, memberikan cahaya emas yang indah yang memantul di permukaan kolam kecil di tengah taman. Tanpa tujuan khusus, Flora mulai berjalan, mencari objek yang menarik untuk diabadikan. Saat itulah, di bawah pohon besar yang teduh, dia melihat seorang gadis duduk sendirian, menggambar di atas kanvas kecil.

Flora langsung tertarik pada gadis itu. Ada sesuatu tentang caranya menggambar, caranya begitu tenggelam dalam pekerjaannya, yang membuat Flora tidak bisa mengalihkan pandangan. Gadis itu tampak begitu tenang, seolah dunia di sekitarnya tidak ada. Flora mengangkat kameranya dan tanpa sadar mulai mengambil foto dari kejauhan, mencoba menangkap keindahan momen itu.

Setelah beberapa saat, Flora memutuskan untuk mendekat. Saat dia berada cukup dekat, gadis itu menyadari kehadirannya dan mengangkat wajahnya. Mata mereka bertemu, dan untuk sejenak, Flora merasa seperti dunia berhenti berputar. Gadis itu memiliki mata yang indah, mata yang berbicara lebih banyak daripada kata-kata yang bisa diucapkan. Flora tersenyum dan memperkenalkan diri. "Hai, aku Flora. Kamu menggambar sesuatu yang indah," katanya dengan ramah.

Namun, gadis itu tidak merespon dengan kata-kata. Sebaliknya, dia hanya tersenyum lembut, kemudian dengan pelan menunjuk ke arah tenggorokannya dan menggeleng. Flora terkejut sesaat sebelum menyadari bahwa gadis ini tidak bisa bicara. Merasa sedikit canggung, Flora segera merogoh tasnya dan mengeluarkan buku catatan kecil yang selalu dibawanya. Dia menulis, "Siapa namamu?"

Gadis itu mengambil pena dan menulis dengan tulisan rapi, "Freya." Nama itu terasa indah di hati Flora. Mereka kemudian mulai berkomunikasi melalui tulisan, pertanyaan-pertanyaan sederhana dan jawaban singkat, tetapi penuh makna. Tanpa mereka sadari, keheningan itu menjadi jembatan yang menghubungkan mereka, menciptakan ikatan yang tidak biasa tetapi begitu kuat.

Hari-hari berlalu, dan Flora mendapati dirinya terus kembali ke taman itu, selalu berharap bertemu Freya lagi. Setiap pertemuan mereka dipenuhi dengan kebersamaan dalam keheningan, di mana Flora memotret dan Freya menggambar. Mereka tidak membutuhkan kata-kata untuk merasa nyaman satu sama lain. Flora terpesona oleh cara Freya mengekspresikan dirinya melalui gambar, dan dia mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Freya telah berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam.

Namun, meski Flora merasakan cinta yang tumbuh di dalam hatinya, Freya selalu menjaga jarak. Setiap kali Flora mencoba untuk mendekat, untuk mengungkapkan perasaannya, Freya akan menolaknya dengan halus. Suatu hari, saat mereka duduk di bangku taman, Flora akhirnya mengumpulkan keberanian untuk menulis sebuah pesan di buku catatan mereka. "Freya, aku menyukaimu," tulisnya dengan hati-hati. "Aku ingin kita lebih dari sekadar teman."

Freya membaca pesan itu dengan ekspresi serius, lalu dia menatap Flora dengan mata yang penuh kesedihan. Dia menggeleng pelan dan menulis balasan, "Kamu terlalu sempurna untuk aku yang bisu." Flora merasa hatinya hancur saat membaca kata-kata itu. Dia mencoba menjelaskan bahwa baginya, Freya sudah sempurna, bahwa keheningan mereka adalah hal yang paling indah yang pernah dia rasakan. Namun, Freya tetap bersikeras. Dia merasa bahwa ketidakmampuannya untuk berbicara akan menjadi penghalang dalam hubungan mereka, bahwa Flora pantas mendapatkan seseorang yang bisa memberinya cinta secara utuh, tanpa kekurangan.

FreFloShoot (+Random)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang