My softie

1.2K 103 3
                                    

Flora Shafiqa as Flora Qashika
And
Freyanashifa as Freyanala Askari














Freyanala Askari, putri sulung dari tiga bersaudara. Nala, adalah pacar aku, yang sangat aku cintai. Aku kurang ingat, bagaimana pertemuan awal kami dan bagaimana bisa kami menjalin hubungan selama 5 tahun. Hal yang kusukai adalah, kami sama sekali tidak memperdulikan kata-kata manusia yang menyebutkan bahwa kami merupakan pasangan yang tidak cocok sama sekali.

Nala hanya menyebutkan itu sebagai pembahasan sampah. "Tidak ada yang boleh mengeluarkan opini sampah kalian itu pada hubungan kami, saya mencintai Flora Qashika apa adanya! Tiada bantahan untuk itu!" Bagaimana bisa, untuk aku tidak jatuh cinta pada gadis ini?

5 tahun kami berpacaran, aku belum pernah mendengar Nala marah padaku. Walaupun aku sering memancing keributan, tetap saja ia tak pernah marah besar padaku.

Dia benar-benar seperti GreenFlag berjalan.

"Ihh gara-gara nangis pas liat cerita itu kemarin, wajahku hari ini jelek deh." Nala menatap kosong ke hadapan sebelum menjawab

"Sepertinya aku hari ini, hamil deh." Aku mencubit pipi Nala yang kini meringis kesakitan. Padahal aku tidak mencubitnya dengan keras.

Namun hal yang aku harus pertanyakan padanya kini, apa maksudnya ia hamil?! Sama sekali tidak mungkin! Apa ia diam-diam berselingkuh dengan orang lain dan melakukan hubungan intim lalu akhirnya ditinggal oleh selingkuhannya?!

"Kok aku dicubit sih? Bukannya kita lagi main untuk menyebutkan hal mustahil? Terus, salahku di mana?" Oh tuhan, jadi maksudnya mustahil kalau aku jelek hari ini? Padahal iya kalau wajahku sedang jelek gara-gara terlalu banyak menangis.

Nala menarik wajahku untuk berhadapan dengannya sebelum ia mengecup kedua pelupuk mata ku dengan sangat perlahan. Jangan tanyakan bagaimana kondisi aku saat ini. Sudah pasti wajahku sudah berwarna merah seperti tomat dan sudah pasti juga jika jantung ku berdegup kencang!

Aku menahan senyumku kemudian menolak gadis itu untuk menjauh dariku. Setelahnya aku meninggalkan Nala yang masih tertawa di sana. Merasa aku sudah terlalu jauh darinya, ia berlari kemudian merangkul pundakku agar mendekat padanya.

"Jangan jauh-jauh, nanti kamu dikira anak kecil yang lagi nyari mamanya." Aku yang malas menanggapi hanya mendiamkannya, walaupun sebenarnya aku sedang tidak ingin bicara padanya karena aku takut suaraku agak kedengaran pecah.

Lagipula, sejak tadi suaraku terdengar agak serak setiap kali berbicara dengannya. Sudah ku bilang kalau kemarin aku dan dia habis menonton film yang sedih bersama kedua sahabatku, Ashel dan Adel.

Kini, aku dan Nala sedang menikmati minuman kami. Ralat! Minumannya.

Kami sempat bertengkar sebentar tadi, karena aku ingin juga ingin memesan hot chocolate yang sedang dinikmati oleh kami sekarang. Oleh karena aku malas berdebat, akhirnya aku mengiyakan.

"Jangan marah, aku gak mau kamu minum yang manis-manis karena takut, kamunya makin manis. Nanti aku yang susah" Aku tidak akan termakan dengan gombalan darinya kali ini!

Dasar buaya! Siapa yang mahu mendengarkan kata-kata seperti ini jika sudah bete.

"Yaudah aku jujur, aku cuma mau minum berdua denganmu, karena itu aku ngelarang kamu buat minum sendiri tanpa aku." Aku mengalihkan pandangan pada kaca. Berpura-pura menatap keindahan alam yang kini memancarkan sinar matahari yang hampir terbenam. Ah, indahnya menonton sunset bersama pasangan.

Aku meraih coklat panas yang ada ditangannya sebelum kembali menikmati coklat panas tersebut, masih berpura-pura untuk menghindari kontak mata dengan kekasihku.

FreFloShoot (+Random)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang