Ayahku, bodoh! ThAnKs?!

1K 76 13
                                    

Genre : BXG
[Short storyline]
[Ibarat dipendekkan from 3 hours storyline to 15 minutes only]

Sebelum anda membaca
Nih, Klarifikasi dulu. MAAF YAAA

 MAAF YAAA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















(Maaf alurnya aneh, abaikan typo dan selamat membaca) 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️








Jika ditanyakan pada aku mengapa aku memilih untuk membunuh ayahku sendiri, gampang sekali jawabannya kenapa.

Orang tua sialan itu tanpa rasa bersalah menjual aku dan menjadikan aku sebagai tumbal karena ia tidak bisa membayar hutang pada bocah yang meminjamkan uang padanya. Ku ulangi! Bocah SMP! Seorang bocah SMP! Sebanyak apasih utang yang dipinjamkan oleh bocah itu sehingga ayah tidak bisa membayarnya langsung?!

Bocah ingusan dengan mudahnya mencuci otak ayahku untuk menjadikan aku sebagai istri kepada bocah ingusan yang ingin segera menikah ini. Aku hampir kehilangan kesabaranku di saat bocah sialan ini menjawab pertanyaan ku kenapa ia ingin cepat menikah.

"Aku mau kita segera menikah supaya aku bisa buktikan kepada abang aku, kalau aku sudah dewasa dan bisa membuat keputusan sendiri!" tenang Flora, tenang! Jangan marah-marah pada seekor hewan.

Ingin sekali ku berteriak di telinganya itu dengan lantang mengatakan bahwa apapun yang ia lakukan untuk menikah denganku itu adalah keputusan bodoh!

Secepat itukah ia ingin menjadi dewasa sehingga ia sendiri memikirkan bahwa menikah di usia anak baru gede itu, menjadikan bocah ingusan bermata sipit itu kelihatan dewasa?!

Tidak sama sekali!

Kenapa ayah? Kenapa?! Kenapa harus seorang bocah SMP? Masih ada orang lain, yang lebih dewasa darimu yang bisa kau cari, kenapa harus anak kecil yang sepertinya tidak pernah dirawat oleh ibu ini yang kau berikan padaku?! Aku masih belum siap menjadi ibu, apalagi istrinya bocah ini!

Aku terusik saat melihat bocah itu membuka tirai di kamar ku dengan sengaja lalu tertawa. Setelahnya ia berlari keluar dengan masih tertawa.

Aku yang masih mengumpulkan energi hanya bisa terdiam tanpa mahu berteriak pada bocah itu. Apa harus ku masukkan sekali racun pada makanannya nanti? Tidak Flora, itu belum cukup untuk menyiksa bocah itu

"Hey bocah!" panggilku lantang saat melihat ia duduk di sofa dengan tenang sambil merenung kehadapan.

"Aku bakal suami mu! Jangan panggil aku bocah! Panggil aku sayang!"

"Najis," gumam ku kemudian turun kebawah dengan cepat untuk mendekatinya. "Mau makan apa? Aku mau masak ini. Cepat! Kamu harus sekolah!"

Aku melihat bocah itu terdiam kala aku mengikat rambutku. Karena aku merasa tidak nyaman, aku pun melepaskan ikatan itu kembali. Kemudian wajahnya menjadi sedih. Cih! Mesum!

FreFloShoot (+Random)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang