Freyana Dirga

278 58 2
                                    

Aku bukanlah gadis yang lemah, namun mengapa aku selalu merasa rapuh jika menyangkut Freya? Gadis itu sepertinya tidak pernah menganggapku sebagai kekasihnya, bukan begitu? Aku terlalu bodoh jika berpikir dia mencintaiku.

Padahal sejak awal, dialah yang memulai hubungan ini.

"Ayo berpacaran. Aku menyukaimu," ucapnya dengan nada kikuk, tanpa sedikit pun kesan romantis. Tapi siapa yang bisa menolak ajakan dari seorang Freyana Dirga?

Hanya orang bodoh yang akan mengabaikan permintaan Freya untuk berpacaran.

Namun, Flora sendiri masih meragukan, benarkah Freya menyukainya? Lihatlah, Freya tak pernah memperlakukan Flora sebagaimana layaknya seorang kekasih. Tidak pernah menjemput Flora untuk berangkat ke sekolah bersama. Tidak pernah membawakan bekal atau menunggu di luar kelas hanya untuk mengajaknya makan dan beristirahat bersama.

Freya lebih sering tenggelam dalam novelnya. Entah apa genre novel itu, Flora tidak tahu. Namun, satu hal yang pasti—dia sangat cemburu pada buku itu.

'Tidak bisakah kamu melihat aku?' Itulah yang selalu berkecamuk di pikiran Flora setiap kali dia melihat Freya duduk tenang di bawah pondok sekolah, larut dalam dunia novelnya.

Sungguh, Flora benar-benar muak. Freya tidak sedikit pun memedulikannya, meski Flora sengaja bermain basket dengan sepenuh tenaga untuk menarik perhatian. Tapi Freya tetap terpaku pada novel kesayangannya, tak tergoyahkan oleh apapun yang Flora lakukan.

Flora mendengus kesal dan menjatuhkan diri di bangku pinggir lapangan, perasaan sebal menguasai dirinya. Ia meraih handuk kecil, mengelap keringat dengan gerakan yang cepat dan penuh amarah.

Tiba-tiba pipinya terasa dingin. Rupanya itu Olla, yang menyentuhnya sambil tersenyum jahil dan mengacak rambut basah Flora. Flora mendesah kesal namun tetap menerima botol air dingin yang Olla sodorkan padanya.

"Rambutku jadi makin berantakan gara-gara kamu!" gerutu Flora tegas, tapi Olla hanya tertawa kecil, seakan tidak terganggu oleh amarah Flora yang baginya lebih menggemaskan daripada menakutkan.

"Kamu marah atau sengaja bikin wajah lucu, Flora?" goda Olla sambil terkikik. Flora mendengus lagi, membuat Olla tertawa semakin keras.

Dari kejauhan, Freya yang duduk dengan novelnya mulai merasa terganggu saat melihat Flora tertawa lepas bersama Olla di lapangan. Sesuatu dalam dirinya terasa tak nyaman. Hatinya perih melihat Flora bersenang-senang dengan orang lain—bukan dengan dirinya.

Freya sendiri tak menyadari alasan kenapa dia merasa demikian. Flora memang jarang tertawa lepas saat bersamanya. Tapi bukankah itu wajar? Freya hanya berbicara dengan Flora jika ada hal penting saja. Ah, dasar Freyana Dirga, gadis yang selalu bertindak tanpa menyadari perasaannya sendiri.

Freya tetap memaksakan diri untuk melanjutkan bacaannya, meskipun hatinya terasa panas. "Mungkin aku merasa seperti ini karena belum sarapan," gumamnya dalam hati, mencoba mencari alasan yang lebih masuk akal. Padahal, jauh di dalam hati, dia tahu perasaan itu bukan karena lapar. Dasar gengsi!

Saat jam pulang sekolah tiba, biasanya Flora akan mendekati Freya, merayu agar diantarkan pulang. Dan seperti biasa pula, Freya akan menolak dengan sikap dingin, membiarkan Flora pulang sendirian naik bus.

Apa itu pantas disebut sebagai kekasih? Flora pun sebenarnya tahu bahwa itu tidak adil, namun entah mengapa, hatinya tetap terpaut pada Freya meski diperlakukan seperti itu.

"Mau pulang bareng aku, Flo?" suara Olla tiba-tiba terdengar ketika dia melihat Flora duduk sendirian di depan gerbang sekolah. Olla menawarkan tumpangan dengan santai, senyumnya tak hilang dari wajah.

FreFloShoot (+Random)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang