40

7K 202 19
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

.
.
.
.
.
.
.

Assalamualaikum para pembaca, budayakan follow dan vote serta komen ya.

Karna follow, vote Dan komen adalah bentuk dukungan kalian terhadap aku si penulis baru.

Budayakan pencet bintang ya, Agar author ini semangat nulis terus.

Bantu follow :
IG : @wattpadaqilahaeni
Tiktok : IbunAqilah

Kali ini aku minta kalian baca pelan-pelan, harus kuat sama endingnya. Jangan pakai hati, ingat ya. Jangan pakai hati walau kenyataan nya emang nggak bisa, Selamat membaca...

































Pagi ini terlihat Nadien tengah sibuk mengemasi beberapa barang ke dalam koper, "Na," panggil seseorang di ambang pintu itu.

Nadien menoleh dan mendapati Gus Fathan yang kini tengah membawa koper kecil milik putri mereka, "kenapa mas?? Udah laper ya? Bentar ya, selesai ini aku masak." Tuturnya sambil kembali sibuk mengemasi barang ke dalam koper.

"Astaghfirullah, Aqilah juga belum mandi, aduh ini gimana ini, bentar ya mas aku ambil Aqilah dulu." Kini beranjak, Gus Fathan menahan lengan Nadien dan kini menuntun istrinya itu untuk duduk.

"Aqilah udah mas mandikan, mas juga sudah masak buat sarapan kita, istirahat dulu, kamu juga belum mandi kan? Mandi dulu ya, biar sisa nya mas aja, oke cantik." Sambil menoel pipi gembul itu.

"Tapi kan, memang mas Fathan bisa??" Tanya Nadien ragu.

Gus Fathan mengangguk, Nadien menatap nya ragu. Ia kemudian beranjak dan keluar kamar, Gus Fathan mengikuti istrinya itu.

Nadine menuju kamar putrinya, benar saja. Aqilah sudah rapih, putrinya itu sudah wangi dan cantik memakai hijab.

Nadine menatap Gus Fathan, "aku nggak becus ya?" Ujarnya yang kini terlihat mata itu berkaca-kaca.

"Kok bilang gitu sayang, hei jangan nangis dong." Gus Fathan memeluk tubuh istrinya itu.

Nadine langsung menjatuhkan air mata nya, "iya, masa kamu mandikan anak, masak lagi, itu kan tugas aku." Jawab nadien di sela tangis nya.

"Kata siapa tugas kamu Na, tugas kita bersama, sudah jangan menangis, kamu ibu terbaik dan istri terbaik menurut saya." Kini Gus Fathan sedikit memberi jarak dan menatap wajah yang sudah memerah itu.

Pria itu mengusap sisa air mata di pelupuk mata cantik milik istrinya, "sekarang mandi, biar mas masukin semua koper, habis itu sarapan dan kita ke bandara, oke?" Ujarnya menenangkan Nadien.

"Jangan nangis lagi dong, sedih mas lihatnya, Cantiknya ilang nanti loh." Kini Gus Fathan menjawil dagu istrinya itu.

Nadine menahan senyumnya, di goda-goda begini, siapa yang tidak ingin tersenyum. "Ya udah aku mandi, koper udah siap semua juga kok, makasih ya suami." Ujarnya yang kini mencium pipi Gus Fathan.

CINTA TULUS GUS GALAK (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang