Part 40 (Selesai)

178 12 0
                                    

Pertemuan kembali antara Jimin dan Riri adalah sesuatu yang benar-benar tidak disengaja. Jimin membutuhkan sekretaris baru, lalu entah bagaimana Riri yang juga tengah membutuhkan pekerjaan secara kebetulan melamar di perusahaan miliknya itu. Menimbulkan kejutan dan kecanggungan untuk satu sama lain, entah dari pihak Riri maupun Jimin, kendati tetap saja, mereka harus mengesampingkan hal tersebut dan pada akhirnya memilih untuk bersikap secara profesional.

Namun demikian, Jimin tak bisa selalu bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Seolah mereka hanyalah orang asing dan hubungan mereka benar-benar hanya sebagai rekan kerja. Kisah mereka belum sepenuhnya usai, ingatan yang barangkali nyaris Jimin lupakan dipaksa ditarik kembali sejak kali pertama pertemuannya dengan Riri.

Perihal janin yang Jimin bahkan tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah hari di mana ia menyuruh Riri untuk menggugurkan kandungannya.

Tak hanya sekali, seringkali Jimin meminta Riri untuk berbicara dengannya secara pribadi. Untuk itu Jimin bahkan sampai membohongi Hyera sebab tak ingin menimbulkan kesalahpahaman lagi. Namun sayang sekali, Riri seperti sudah enggan menggali masa lalu mereka dengan benar-benar menutup diri.

Hari itu adalah pertama kali Jimin mendengarnya. Pertama kali Jimin mengetahui perihal Riri yang pada akhirnya menggugurkan janin itu seperti apa yang pernah ia minta.

Alih-alih merasa lega sebab telah mendapat jawaban dari pertanyaannya, di sisi lain Jimin justru merasa sebagian dirinya menjadi kosong usai mendengar fakta yang ada. Kecewa, marah, entahlah, Jimin hanya merasa bahwa dirinya bertanggung jawab penuh atas apa yang menimpa Riri dan janin yang saat ini sudah tiada.

“Aku minta maaf.”

Hari ini Jimin kembali menemui Riri. Bukan sebagai rekan kerja maupun atasannya, Jimin bertemu dengan Riri di luar jam kantor. Mengajaknya ke sebuah Kafe guna berbicara sebagai seseorang yang dulu pernah menjadi masa lalu wanita itu.

Jimin merasa perlu untuk meminta maaf pada Riri.

“Aku tau apapun yang kukatakan saat ini sudah tidak berguna lagi, tapi tetap saja aku ingin meminta maaf padamu. Aku bersalah atas semua kejadian yang menimpamu, dan kau berhak menghukumku untuk itu.”

“Bagaimana?” balas Riri membuka suara. Menatap Jimin yang saat ini tengah menundukkan kepala di hadapannya, Riri tersenyum sebelum kembali mengucap kata.

“Katakan bagaimana caranya aku menghukummu, Jim? Memukulmu? Membuatmu berpisah dengan Hyera?”

Jimin mendongak, untuk kemudian mendapati Riri yang sampai saat ini masih menatapnya dengan senyuman tipis di bibirnya.

“Jika aku mau, aku pasti sudah melakukannya,” ujarnya lagi.

“Aku sudah mengatakan ini berkali-kali, tetapi tampaknya kau masih tidak mengerti. Jadi akan kuulangi sekali lagi; bagiku, aku sudah menutup semua bab tentang kita; tentang kau dan aku; dan apapun yang terjadi di masa lalu. Aku menerima permintamaaffanmu, tapi di sini aku juga ingin kau tau jika aku tak sepenuhnya menyalahkanmu untuk itu. Aku juga sama bertanggung jawabnya atas apapun yang menimpa diriku, salahku juga yang saat itu belum dewasa dan mengambil keputusan secara tergesa-gesa.”

“Tetap saja, aku yang mendorongmu untuk melakukannya,” sela Jimin.

“Tapi pada akhirnya, keputusan terakhir tetap ada padaku, kan?” tegas Riri.

“Sudahlah, Jim. Jangan memperumit keadaan lagi. Semua sudah berlalu, sekarang aku baik-baik saja dan kau pun begitu. Tentang janin yang tidak sempat terlahir, mungkin itu lebih baik daripada ia harus hidup dengan kenyataan bahwa kedua orangtuanya sama-sama tidak menginginkannya. Karna bukan hanya kau, dulu aku juga memikirkan hal yang sama.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marriage Contract (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang