[Bagaimana jika aku menunjukan gambar ini pada istrimu, ya, Jim?]Hampir saja Jimin membanting ponsel di tangannya, saat ia menerima sebuah pesan disertai gambar yang baru saja seseorang kirimkan padanya.
[Sialan, apa maumu, hah?!] balasnya.
Emosi? Jangan tanya lagi. Jimin pikir orang itu akan berhenti mengganggunya setelah beberapa hari yang lalu ia mengiriminya bunga. Namun, tidak. Ia justru semakin menerornya, mengiriminya pesan-pesan yang membuat Jimin geram sendiri saat membacanya.
Dan sekarang apa? Ia akan menjadikan masa lalunya sebagai ancamannya?
[Kuperingatkan sekali lagi, jangan berani-berani kau mengganggu rumah tanggaku dan Hyera. Mengerti?!]
Jimin kembali membalas, kemudian meletakkan asal ponselnya di nakas. Pria itu memijit pelan pelipisnya seraya memejamkan erat kedua matanya.
Sungguh, rasanya Jimin benar-benar tidak mengerti dengan skenario yang Tuhan buat untuknya. Jimin kira hidupnya akan kembali normal setelah Hyera kembali padanya. Hanya ada kebahagiaan, juga ketenangan yang menyelimuti keluarga kecilnya.
Namun, semua yang terjadi akhir-akhir ini justru di luar dugaannya. Satu persatu masa lalunya muncul, membuatnya takut, bahkan untuk sekedar membayangkan jika masa lalunya akan menghancurkan masa depannya dengan Hyera dan sang putra.
Jimin kembali membuka matanya saat mendengar bunyi notifikasi di ponselnya. Pria itu lantas mengambil ponselnya, lalu membuka notifikasi yang kembali membuatnya emosi.
[Tidak. Sebelum aku melihatmu hancur, Jim.]
*****
"Ini sih salahmu, Jim. Kau sendiri yang memberikannya kesempatan untuk mengusik hidup-mu dan istrimu lagi."Decakan sebal keluar dari mulut Jimin kala mendengar perkataan sang teman. Ayolah, Jimin mengajak temannya minum kopi untuk berbagi cerita guna sedikit meringankan bebannya. Jika temannya itu tidak bisa memberikannya solusi, setidaknya jangan membuatnya semakin pusing dengan cara menyalahkannya.
"Mana aku tahu jika wanita ular itu begitu memperhatikanku, hingga ia tahu apa saja yang terjadi dalam hidupku."
"Ular-ular gitu dia pernah jadi istrimu."
Jika tidak ingat pemuda di hadapannya ini adalah temannya, mungkin Jimin sudah menyumpal mulut lemesnya.
"Oke, oke, maaf," sambungnya, kala menyadari tatapan tidak bersahabat yang sang teman berikan padanya.
"Kenapa kau tidak jujur saja pada istrimu? Dengan itu Soojung juga tidak akan bisa mengancam-mu lagi, kan?"
Andai saja semuanya bisa segampang itu, Jimin pasti tidak perlu pusing-pusing memikirkan ancaman dari mantan istrinya yang entah kenapa tiba-tiba muncul kembali di hidupnya yang sudah rumit ini.
"Tidak bisa, kau tahu sendiri seperti apa masa laluku, kan? Entah apa yang akan Hyera pikirkan tentangku, jika ia sampai tahu tentang masalah ini."
Ya, hanya itu yang selalu membuatnya resah. Kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi jika masa lalunya sampai terungkap oleh sang istri benar-benar membuat Jimin takut.
Belum lagi mengingat hubungan mereka yang baru saja membaik, juga Hyera yang belum bisa sepenuhnya percaya padanya, membuat ketakutan Jimin semakin besar dan berakhir dengan memilih menyembunyikan masalah ini dari istrinya sendiri.
"Lalu, apa rencanamu untuk ke depannya? Cepat atau lambat kebenaran ini pasti akan terungkap. Lebih baik baginya mengetahui ini darimu, dari pada orang lain, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract (End)
FanfictionHanya sekelumit kisah, tentang gadis bernama Song Hyera, yang harus rela menjadi istri kontrak dari seorang Park Jimin.