Part. 2

3.1K 241 8
                                    


"Kamu pikir Appa dapat dari mana uang untuk mencukupi semua kebutuhan kuliahmu, hah? Tentu saja dari hutang, Hyera! Karena itulah, jangan berani-berani kamu menyalahkan Appa untuk semua yang terjadi! Appa tidak menjualmu, hanya menitipkanmu pada Jimin sampai kamu bisa memberikan keturunan padanya! Paham?!"

Lagi-lagi, Hyera hanya bisa menangis mengingat kata-kata yang sempat ayah-nya katakan padanya. Niatnya yang ingin pulang, menceritakan jika dirinya telah ditipu oleh Jimin, justru malah membuatnya semakin sakit hati karena mendengar perkataan sang ayah.

Awalnya Hyera berpikir jika Jimin berbohong, ia masih percaya jika ayah-nya tidak mungkin tega melakukan hal ini padanya. Namun, nyatanya semua itu memang benar. Setuju atau tidak, ayah-nya memang sudah menjualnya pada Jimin.

"Kenapa kau menangis?" tanya seorang pria yang tak lain adalah Jimin, berhasil membuat Hyera tersadar dari lamunannya.

Saat ini Hyera memang sudah kembali berada di rumah Jimin, ia tidak bisa kabur, atau ayah-nya akan menceraikan ibunya seperti yang ia katakan.

"Ayah-mu pasti mengusirmu, benar?"

Hyera hanya terdiam, tidak ada minat sama sekali untuknya menjawab pertanyaan dari Jimin. Sedangkan Jimin?

Pria itu juga tidak peduli. Ia mulai melangkah maju, dan meletakkan secarik kertas dan pena tepat di hadapan Hyera.

"Tandatangani surat itu, kau sudah tidak punya pilihan lain lagi, Hyera."

Lagi-lagi Hyera hanya terdiam, ia tahu betul apa isi dari surat itu. Surat yang menyatakan, jika Hyera harus memberinya keturunan, dan bersedia untuk bercerai setelah ia memberikan anak itu pada Jimin dan Soojung.

"Jangan memaksaku menggunakan cara kasar padamu, tandatangani surat itu jika kau masih ingin kedua orang tuamu hidup dengan tenang, Song Hyera!" tegas Jimin.

Hyera mulai bangkit dari duduknya, menatap kedua mata Jimin dan berkata,

"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku, Jim?" tanya Hyera.

Kali ini Jimin yang terdiam, pria itu tidak menjawab pertanyaan sang istri, dan membiarkannya melanjutkan kata-katanya.

"Apa aku pernah melakukan kesalahan padamu?" Hyera semakin mendekat, lalu mencekram erat kedua bahu suaminya.

"Jawab pertanyaanku dan jangan hanya diam saja, Jim! Apa aku pernah melakukan kesalahan padamu, hingga kau tega melakukan ini padaku, hah?!"

Wanita itu berteriak emosi, sebelum akhirnya menangis sesegukan dengan bersandar di dada sang suami, dengan tangan yang mencekram erat bajunya.

"Hiks, aku ... aku tulus mencintaimu, Jim. Tapi, kenapa kau malah mengkhianatiku? Kenapa kau mempermainkan perasaanku padamu, Jim? Kenapa?" isak Hyera.

Rasanya ia masih tidak percaya, jika semua ini benar-benar terjadi padanya. Dari awal hubungannya dengan Jimin, tak pernah sekali pun ia merasa curiga padanya. Atau lebih tepatnya, tak ada waktu untuk Hyera bisa mencurigai pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya.

Hubungan keduanya hanya berjalan kurang lebih lima bulan, dan itu pun terjadi dengan begitu saja. Hyera yang saat itu masih sibuk kuliah, hampir tak punya waktu untuknya bisa bertemu dengan Jimin. Keduanya hanya bertemu minimal seminggu, atau bahkan sebulan sekali saja. Selebihnya, mereka habiskan untuk saling berhubungan lewat sosial media. Jadi, bagaimana mungkin ia bisa tahu jika ternyata Jimin sudah beristri satu?

Pun, harus Hyera akui. Jika Jimin paling pintar dalam hal bersandiwara, hingga membuatnya buta akan cinta, dan terjebak dalam fata morgana.

"Jangan terus bermain drama, dan tandatangani saja surat itu, Hyera," ucap Jimin, seraya melepas paksa tubuh Hyera dari pelukannya.

Hyera menghapus kasar air matanya, harapannya untuk bisa menyadarkan suaminya sepertinya benar-benar sudah pupus. Mau tak mau ia harus menandatangani surat perjanjian itu, jika tak ingin kedua orang tuanya menderita.

"Kau benar-benar tidak punya hati, Jim," ujarnya, setelah selesai menandatangi surat perjanjian itu.

Seperti sebelumnya, Jimin sama sekali tidak mempedulikan ucapan Hyera. Pria itu tersenyum, mengambil surat kontrak tersebut dari tangan Hyera, kemudian melangkah pergi dari kamar istri keduanya.

"Jangan pikir aku sudah menyerah, Jim. Aku bukanlah wanita lemah, atau pun bodoh, yang akan menerima ketiakadilan yang terjadi padaku dengan begitu saja. Mungkin cintamu memang palsu, tetapi lihatlah, bagaimana aku akan mengubah cinta palsumu itu menjadi nyata. Lihatlah, bagaimana aku akan membuatmu tergila-gila padaku, Park Jimin," lirihnya, menatap punggung sang suami, yang perlahan-lahan mulai hilang di telan pintu.







Tbc ....

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marriage Contract (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang