Kedua matanya menatap penuh harap pada seorang pria berbaju putih di hadapannya. Jantungnya berdetak lebih cepat, tak sabar menunggu jawaban dari pertanyaan, yang selalu mengganggu pikirannya selama beberapa hari belakangan ini."B-bagaimana hasilnya, Dok?" tanya wanita cantik tersebut, dengan kedua tangannya yang saling meremat kuat.
Sungguh, seumur hidupnya ia tidak pernah merasa seperti ini. Bahkan saat pertama kali Jimin melamarnya, dan memintanya untuk menjadi pendamping hidupnya, saat itu Hyera masih bisa mengendalikan perasaannya. Namun, kali ini berbeda. Rasanya ia gugup, benar-benar gugup hingga membuat jantungnya seakan hendak lepas dari tempatnya. "Dokter?"
Hyera kembali bertanya, karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang dokter.
Sang dokter sendiri mulai menyunggingkan senyumnya, beralih menatap ke arah Hyera dengan tatapan tak terbaca. "Positif."
Satu kata yang keluar dari mulut dokter muda di hadapannya, berhasil membuat setetes cairan bening bernama air mata keluar dari pelopak matanya. Sungguh, apakah ini nyata? Hyera tidak sedang bermimpi, kan?
"Selamat, tidak lama lagi anda akan menjadi seorang Ibu, Nyonya."
Seulas senyum terukir di bibir tipisnya, tidak, ia tidak sedang bermimpi. Ini nyata, Hyera benar-benar akan menjadi orang tua.
"Usia kandungannya baru tiga minggu. Karena ini kehamilan pertama anda, saya sarankan untuk selalu hati-hati, dan tidak terlalu banyak pikiran demi menjaga janin dalam rahim anda, Nyonya."
Hyera mengangguk menanggapi ucapan dokter. Tanpa disuruh pun ia akan selalu menjaga calon anaknya. Wanita itu kembali mengulas senyumnya. Menjabat tangan sang dokter, dan tak lupa untuk mengucapkan terima kasih padanya.
Sungguh, tidak ada apa pun yang bisa menggambarkan kebahagiaannya. Awalnya mungkin Hyera memang ingin menunda kehamilannya, karena tidak ingin kontrak pernikahannya dengan Jimin segera berakhir. Namun, seiring berjalannya waktu Hyera mulai sadar, tidak seharusnya ia melakukan itu. Mungkin saja kehadiran malaikat kecil dalam hidup mereka, justru malah akan membuat hubungannya dengan sang suami semakin erat, bukan?
"Sekali lagi terima kasih, Dokter. Dan tolong, jangan beritahu Jimin dulu, biar saya saja yang mengatakannya langsung pada suami saya," ucap Hyera.
"Tentu," jawab sang dokter seraya tersenyum manis, dan menunjukan dimple di kedua pipi mulusnya.
Dokter muda ini memang cukup akrab dengan Jimin, jadi jangan heran jika Hyera mengatakan hal itu padanya.
"Kalau begitu saya permisi," balas Hyera, kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut.
*****
Benci dan cinta itu beda tipis ....Pernah mendengar ungkapan itu? Mungkin bagi sebagian orang itu hanyalah bualan semata, dan begitu juga untuk Jimin.
Jimin tidak tahu apakah ia benar-benar membenci Hyera atau tidak, karena tidak ada juga alasan yang membuatnya harus membencinya. Namun, ia selalu merasa merasa emosi setiap kali melihat wanita itu, lebih-lebih lagi jika melihatnya tengah bersama lelaki lain. Bukankah itu sudah masuk dalam hal membenci?
Namun, entah kenapa akhir-akhir ini Jimin merasa ada yang berbeda. Sesuatu yang selalu ia rasakan jika tengah bersama Soojung, kini ia juga merasakannya saat bersama dengan Hyera. Senyumnya, kekonyolannya, bahkan semua yang ada dalam diri Hyera seakan berhasil membuat Jimin jatuh dalam jeratannya.
"Tidak, kau tidak boleh seperti ini, Jim. Pernikahan kalian hanyalah pernikahan kontrak, tidak lebih, oke?" gumamnya berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Sampai saat ini Jimin masih berusaha memegang janjinya, ia tidak bisa mencintai Hyera dan mengkhianati istri pertamanya.
Jimin kembali termenung, sampai suara decitan pintu, berhasil membuat Jimin tersadar dari lamunannya.
"Kenapa?" tanyanya, pada salah seorang karyawan yang bekerja di perusahaannya.
"Maaf, Sajangnim. Saya hanya ingin menyampaikan pesan dari Nyonya Park."
Pria itu menautkan sebelah alisnya mendengar ucapan sang karyawan, sejak kapan Soojung mau menitipkan pesan untuknya pada orang lain? Biasanya ia juga akan langsung menelfonnya, tak peduli apa Jimin sedang meeting atau tidak.
"Kata Nyonya Park ponsel anda tertinggal di rumah, Sajangnim. Jadi, beliau meminta tolong pada saya untuk menyampaikan pesannya pada anda," lanjutnya, seakan karyawannya itu mengerti apa yang ada dalam pikirannya.
"Ah, benar juga," gumam Jimin. Sejak pagi ponselnya itu memang menghilang entah ke mana. "Apa yang Nyonya katakan?"
"Nyonya Park bilang, jika jam delapan malam nanti, Sajangnim harus menemui Nyonya di ...."
*****
"Lotte Hotel Seoul?" ucap Hyera, setelah membaca pesan dari Jimin."Untuk apa Jimin menyuruhku ke sana?"
Bingung? Tentu saja. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saja suaminya itu mengajaknya ke hotel bintang lima?
'Tidak mungkin kan, Dokter Kim mengatakan tentang kehamilanku pada Jimin?' lanjutnya dalam hati.
Sampai sekarang Hyera memang belum mengatakan berita baik itu pada Jimin, dari siang ia hanya sibuk berdandan, dan memasak untuk memberi kejutan Jimin. Hyera ingin mengatakan secara langsung tentang berita kehamilannya pada sang suami, karena itulah sebisa mungkin ia mencoba menahan diri untuk tidak menghubungi Jimin. Rasanya tidak adil, jika Dokter Kim sudah membocorkan rahasianya lebih dulu pada sang suami.
"Jangan berpikir yang tidak-tidak dulu, Hye. Mungkin saja ini soal pekerjaan, kan?"
Jika dipikir-pikir bisa saja dugaannya benar, pasalnya sudah seminggu lebih ia absen dari kantor. Yah, perjanjiannya memang hanya tiga hari. Namun, karena Hyera terus pusing dan mual-mual selama seminggu belakangan ini, jadilah suaminya itu memberikannya cuti lebih banyak lagi.
"Aish, entahlah. Dari pada terus menebak-nebak, lebih baik aku ke sana saja."
Hyera mulai bangkit dari duduknya, membereskan semua makanan yang sudah tertata rapi di meja makan, kemudian melangkah pergi ke luar dari rumahnya.
Sementara itu, Hyera sama sekali tidak menyadari, jika sedari tadi ada Soojung yang terus mengawasinya dengan tatapan bencinya. Wanita itu tersenyum sinis melihat kepergian Hyera, rasanya ia sudah tidak sabar, melihat rencana yang sudah ia susun rapi selama ini akan berhasil hanya dalam hitungan jam lagi.
"Pergilah, pergilah dan jemput sendiri kehancuranmu, Hyera," gumamnya, seraya memutar-mutar ponsel di tangannya.
Tbc ....
Pasti latihan buat Bangbangcon iniT.T
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract (End)
FanfictionHanya sekelumit kisah, tentang gadis bernama Song Hyera, yang harus rela menjadi istri kontrak dari seorang Park Jimin.